I.1 Latar Belakang
Sebagai
orang yang sering melakukan petualangan/pendakian di alam bebas, pengetahuan tentang
navigasi darat dan terutama bagaimana
medan yang akan dijalani adalah hal yang harus diketahui. Sering kali seorang
petualang dalam melakukan kegiatan petualangan/pendakian selalu melakukan
pembukaan jalur baru dengan sudut kompas, plotting lintasan dan juga
menggunakan peta keluaran tahun yang cukup lama. Dimana pada medan tertentu
pembukaan jalur dengan sudut kompas tidak mungkin dilakukan dengan berjalan
lurus pada medan sebenarnya, dan juga saat menggunakan peta keluaran tahun yang
cukup lama karena pasti sudah ada penyimpangan sudut arah utara yang timbul
karena ada perbedaan arah utara yang ditunjukkan oleh Kutub Utara, Kutub
Magnetis dan Peta. Begitu juga saat melakukan plotting lintasan, sering tidak
dipahami bahwa untuk plotting lintasan ada beberapa hal yang harus diketahui
dan dipersiapkan terlebih dahulu seperti penentuan titik – titik kontrol dalam
melakukan plotting lintasan untuk akurasi plotting lintasan. Untuk itu penulis
dalam tulisan ini membahas tentang bagaimana cara menentukan titik kontrol pada
plotting lintasan.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud
Penyajian
makalah ini dimaksudkan bagi orang – orang penggiat alam bebas yang akan
mengadakan suatu perjalanan/pendakian agar lebih memperhatikan segala persiapan
yang dibutuhkan khususnya pengetahuan dan keterampilan pada saat melakukan
kegiatan alam bebas. Dengan demikian para penggiat alam bebas akan mampu
melakukan perjalanan dengan keyakinan dan mental yang lebih siap lagi.
I.2.2 Tujuan
Penulis
menyajikan makalah ini untuk menambah wawasan para pembaca dalam materi
Navigasi Darat, khususnya menambah pengetahuan tentang beberapa tanda
di alam yang bisa dijadikan acuan atau titik kontrol untuk menentukan posisi
kita di peta saat di medan sebenarnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1
Plotting Lintasan
Plotting
adalah menggambar atau membuat titik di peta/membuat garis di peta.
Membuat/menggambar tanda – tanda tertentu di peta. Plotting membantu kita dalam
membaca peta. Dalam teknik plotting lintasan ada beberapa tanda medan tertentu
sebagi patokan dalam pembuatan jalur. Jalur ini bersifat fleksibel tetapi
menyesuaikan kondisi medan dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai
patokan pergerakannya. Contoh tanda medan yang bias dijadikan patokan adalah
punggungan, lembah, sungai dan tempat yang memungkinkan untuk menembak suatu
objek dan mendapatkan sudut kompasnya. Dalam tulisan ini, penentuan tanda –
tanda medan tersebut yang akan dibahas sebagai titik kontrol.
II.2 Sudut Kompas ( azimuth ) dan Back
Azimuth
Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis
(nol derajat) dengan titik/sasaran. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika membidik sebuah
tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga dinamakan sebagai
azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Adapun cara penentuan back azimuth
adalah sebagai berikut:
Jika azimuth yang kita peroleh lebih besar dari 180º maka
back azimuth sama dengan azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda
medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º.
Jika azimuth yang kita peroleh lebih kecil dari 180º, maka
back azimuthnya sama dengan 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan
terhadap sebuah puncak, dan diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah
180º+160º = 340º.
II.3
Peta Topografi
Peta topografi adalah jenis peta yang
ditandai dengan skala besar dan detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam
pemetaan modern. Sebuah garis kontur merupakan kombinasi dari dua segmen garis
yang berhubungan namun tidak berpotongan, ini merupakan titik elevasi pada peta
topografi. Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta
lainnya adalah peta ini menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di
samping fitur lainnya seperti jalan, sungai, danau, dan lain – lain. Karena
peta topografi menunjukkan kontur bentuk tanah, maka peta jenis ini merupakan
jenis peta yang paling cocok untuk kegiatan alam bebas dari peta kebanyakan. Saat ini ada tiga instansi yang dapat mengeluarkan peta
topografi untuk masyarakat umum, yaitu yang dikeluarkan oleh Direktorat
Geologi, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakorsurtanal). Pusat
Survey dan Pemetaan TNI (PUSURTA), mempunyai dan membuat peta topografi yang
rinci.
Dalam peta
topografi terdapat beberapa bagian – bagian yang menjelaskan setiap isi dari
peta topografi tersebut. Adapun bagian – bagian peta topografi adalah sebagi
berikut :
1. Judul peta
Judul peta
adalah judul yang diambil dari bagian terbesar wilayah yang tercantum dalam
satu sheet peta. Biasanya terletak di bagian atas peta atau di samping untuk
peta buatan badan survai tanah nasional (Bakosurtanal), contoh : Berastagi.
2. Legenda Peta
Legenda peta adalah penjelasan dari simbul simbul yang
tercantum dalam peta. Bagian ini adalah komponen yang sangat vital karena kita
akan jadi buta dalam membaca peta jika tidak ada legendanya.
3. Skala Peta
Skala peta adalah bagian yang menunjukan ukuran dalam
lembar peta dengan medan sebenarnya. Skala ini ada dua jenis yaitu skala garis
dan skala angka. Dalam peta topografi biasanya dicantumkan duaduanya. (Contoh
skala peta 1:25000, 1:50000 dan 1:100000) cara membacanya adalah 1:25000
berarti 1 cm dalam peta adalah 25000cm di medan sebenarnya atau 250 m.
4. Garis Koordinat
Garis Koordinat adalah jarring - jaring dalam peta yang
terdiri dari garis vertical dan garis horizontal. Guna garis ini adalah untuk
batas perhitungan koordinat. Koordinat peta dikenal ada dua jenis
yaitu koordinat grid dan koordinat geografis. Koordinat geografis merupakan
koordinat dari jarring-jaring bumi yang terdiri garis lintang untuk horizontal
dan garis bujur untuk vertical. Koordinat grid adalah jarring jarring koordinat local yang
dipakai untuk acuan pengkoordinatan dalam peta.
5. Garis ketinggian ( garis kontur )
Garis
Ketinggian atau biasa disebut garis kontur adalah garis yang menyerupai sidik
yang menunjukkan titik ketinggian yang sama dalam peta. Karena merupakan tanda
dari ketinggian yang sama, maka garis ini tidak akan pernah saling memotong
tapi bisa bersinggungan. Lokasi yang lebih rendah akan melingkari lokasi yang
lebih tinggi, itulah cirri garis kontur. Atau bisa juga disebutkan garis
sebelah dalam adalah lebih tinggi dari garis sebelah luar. Dalam peta interval
atau jeda beda ketinggian antara garis kontur biasanya di tunjukan di dekat lokasi
legenda. Untuk peta skala 1:25000 interval konturnya biasanya adalah 12,5 meter
sedangkan peta skala 1:50000 biasanya interval konturnya adalah 25 meter.
Terjemahannya adalah bila interval kontur 25 meter, maka jarak antara garis
kontur yang satu dengan yang lainnya di medan sebenarnya memiliki beda tinggi
secara vertical 25 meter. Garis kontur dengan pola huruv V atau runcing
biasanya menunjukan sebuah jurang/sungai, dan garis kontur dengan pola U atau
berpola Lengkung biasanya menunjukan sebuah punggungan dan O merupakan puncak
atau Kawah.
6. Tahun Pembuatan Peta
Tahun
Pembuatan Peta merupakan keterangan yang menunjukan tahun terakhir peta
tersebut diperbaharui. Hal ini sangat penting karena kondisi permukaan bumi
bisa berubah sewaktu - waktu. Contoh tahun pembuatan peta pada peta Berastagi,
lembar 0619 – 31 adalah tahun 1977.
7. Deklinasi
Deklinasi
yaitu garis keterangan yang menunjukan beda Utara Peta dan Utara Magnetik
(Utara Kompas). Deklinasi ini direvisi tiap 5 tahun sekali. Kenapa ada perbedaan
antara Utara peta dan Utara sebenarnya dan Utara Magnetik. Seperti kita ketahui
utara bumi kita ditunjukan di kutub utara. Sedangkan sumbu utara magnet bumi
sebenarnya ada di sebuah kepulauan di dekat dataran Green Land. Setiap tahun
karena rotasi Sumbu bumi ini mengalami pergeseran rata-rata 0,02 detik bisa ke
timur dan ke barat. Jadi utara sebenarnya bisa ditentukan dari mengkonversi
antara utara magnetic dengan utara Peta. Biasanya akan dicantumkan di setiap
lembar peta.
Tujuh bagian
tersebut merupakan bagian pokok terpenting yang selalu ada dalam tiap lembar
peta. Bagian lain adalah merupakan bagian pelengkap. Yang biasanya berisi indek
peta, keterangan pembuatan peta, dan pemroduksi peta.
II.4
Koordinat
Sistem koordinat geografi digunakan
untuk menunjukkan suatu titik di Bumi berdasarkan garis lintang dan garis
bujur. Garis lintang yaitu garis vertikal yang
mengukur sudut antara suatu titik dengan garis katulistiwa.
Titik di utara garis katulistiwa dinamakan Lintang Utara
sedangkan titik di selatan katulistiwa dinamakan Lintang
Selatan. Garis bujur yaitu horizontal yang mengukur
sudut antara suatu titik dengan titik nol di Bumi yaitu Greenwich
di London
Britania Raya
yang merupakan titik bujur 0° atau 360° yang diterima secara internasional.
Titik di barat bujur 0° dinamakan Bujur Barat
sedangkan titik di timur 0° dinamakan Bujur Timur.
Suatu titik di Bumi dapat dideskripsikan dengan menggabungkan kedua pengukuran
tersebut. System koordinat yang resmi digunakan ada dua macam, yaitu :
II.4.1
Koordinat Grid
Dalam koordinat grid, kedudukan
suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah
Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis
vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari
barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8
angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak
sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat grid 4 angka, dapat
langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi
terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat
grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 0,2 mm).
II.4.2
Koordinat Geografis
Dalam koordinat geografis (Geographical Coordinate) sumbu
yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak
lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang
selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan
dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya
menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu
kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3,7 cm. Pada skala
1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30"), dan pada peta skala
1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60").
II.5
Konversi Koordinat Grid ke Koordinat Geografis
Dalam hal ini, koordinat grid akan dikonversikan kedalam
koordinat geografis. Dalam setiap lembar peta, koordinat geografisnya tertera
pada sudut kiri dan kanan bagian bawah dan atas. Pengkonversian koordinat grid
ke koordinat geografis dapat dilakukan berdasarkan ketentuan sebagi berikut :
Lebar satu lembar peta UTM adalah 55,65 cm.
Lebar satu lembar peta LCO adalah 37,1 cm.
Dalam peta UTM :
1 : 100.000 = 30’
1: 50.000 = 15’
1 : 25.000 =
7,5’ ( 7’30” )
dan dalam peta LCO :
1 : 100.000 = 20’
1: 50.000 = 10’
1 : 25.000 = 5’
Jadi cara untuk menentukan koordinat geografis adalah sebagi
berikut :
agar dapat melihat rumus silahkan download filenya DISINI
n = lebar satu lembar peta sesuai ketentuan
m = menit satu lembar peta sesuai ketentuan
Contoh :
Peta xxxxxx
Lembar Peta 0xxx-xx
Edisi x-xxxx
Peta LCO
Skala 1 : 50.000
Langkah
pertama :
Koordinat grid dari objek pada peta 373556 dan koordinat
geografisnya adalah 98o32’ BT dan 03o10’ LU.
Langkah
kedua :
Jarak batas kiri ke titik objek = 20,4 cm
Jarak batas bawah ke titik objek = 12,6 cm
Langkah
ketiga :
agar dapat melihat rumus silahkan download filenya DISINI
Jadi objek tersebut diukur batas
kiri terletak pada 98o32’ + 5’30” = 98o37’30” BT, dan
dengan cara yang sama di peroleh objek tersebut terletak pada 03o13’24”
LU.
II.6 Cara Penentuan Posisi
II.6.1 Orientasi
Orientasi peta adalah menyamakan
kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara
peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan
untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di
peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai,
desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi
peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda
dipeta adalah benar.
Langkah-langkah orientasi peta:
1. Cari tempat terbuka agar dapat
melihat tanda-tanda medan yang mencolok.
2. Letakkan peta pada bidang datar.
3. Samakan utara peta dengan utara
kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang
dihadapi.
4. Cari tanda-tanda medan yang paling
menonjol di sekeliling dan temukan tanda-tanda tersebut di dalam peta, lakukan
untuk beberapa tanda medan.
5. Ingat tanda-tanda medan medan itu.
Bentuk dan tempat di medan sebenarnya maupun di peta
II.6.2 Resection
Prinsip resection adalah menentukan
posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali.
Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dan
dapat dibidik (untuk resection biasanya dilakukan dimedan terbuka agar tanda
medan terlihat dengan jelas). Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal
dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection :
1. Lakukan orientasi peta
2. Cari tanda medan yang mudah dikenali
di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
3. Bidik tanda-tanda medan tersebut
dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat
digunakan, namun kurang akurat.
4. Pindahkan sudut bidikan yang didapat
ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang
dijadikan sebagai titik acuan.
5. Perpotongan garis yang ditarik dari
sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.
II.6.3 Intersection
Prinsip intersection adalah
menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih
tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui
atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk
dicapai. Sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi
kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection
terlebih dahulu.
Langkah-langkah
melakukan intersection adalah:
1. Lakukan orientasi peta
2. Lakukan resection untuk memastikan
posisi kita di peta.
3. Bidik obyek yang kita amati
4. Pindahkan sudut yang didapat ke
dalam peta
5. Bergerak ke posisi lain dan pastikan
posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
6. Perpotongan garis perpanjangan dari
dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.
II.7
Konversi Sudut Peta ke Sudut Kompas
Sudut Peta adalah sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis
(garis yang menuju utara peta dan garis yang terbentuk oleh kompas ke arah
sasarannya). Sedangkan, Sudut Kompas adalah sudut yang dibentuk oleh 2 buah
garis (garis yang menuju utara magnetis dan garis yang terbentuk oleh kompas ke
arah sasarannya). Dalam peta topografi, kita mengenal 3 arah utara, untuk itu
saat menentukan arah, harus memulainya dengan menentukan arah titik 0, yaitu :
1. Utara Sebenarnya (TN = TRUE NORTH) adalah arah utara
yang ditunjukkan oleh garis meridian menuju ke kutub utara.
2. Utara Peta (GN = GRID NORTH) adalah arah utara yang ditunjukkan oleh
garis-garis tegak yang terdapat pada karvak.
3. Utara
Magnetis (MN = MAGNETIC NORTH) adalah arah utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas yang
selalu mengarah pada kutub magnetis bumi (poros bumi).
II.7.1 IKHTILAF
Dalam
navigasi darat ada di kenal dengan istilah Ikhtilaf. Ikhtilaf yaitu penyimpangan sudut arah utara
yang timbul karena ada perbedaan arah utara yang ditunjukkan oleh Kutub Utara,
Kutub Magnetis dan Peta. Ikhtilaf ada beberapa jenis yaitu :
1.
Ikhtilaf
Peta adalah sudut yang terbentuk oleh Utara
sebenarnya dengan Utara peta
baik ke Barat maupun ke Timur.
2.
Ikhtilaf
Magnetis adalah sudut yang terbentuk oleh Utara Sebenarnya dengan Utara
Magnetis baik ke Barat maupun ke Timur.
3.
Ikhtilaf
Utara Peta adalah sudut yang terbentuk oleh Utara peta dengan Utara
Magnetis baik ke Barat maupun ke Timur dengan utara peta sebagai
patokan.
4.
Variasi Magnetis ( VM ) adalah perbedaan antara ikhtilaf
magnetis pada waktu-waktu berlainan yang mengalami perubahan karena pengaruh
dari rotasi dan revolusi bumi. Perubahan ini selalu diukur dan diperiksa
akurasinya setiap 5 tahun
Pada peta topografi, VM biasanya ditulis di bagian bawah
untuk menentukan deklinasi dan VM. Disamping itu dinyatakan pula VM rata-rata
tiap tahun. Untuk mencari Ikhtilaf peta, harus dilihat dekat batas kiri/kanan
peta dimana tertulis GRID DECLINATION yang artinya IKHTILAF PETA.
II.7.2
INCREASE & DECREASE
Bila VM bertambah dan makin bertambah tiap tahunnya, maka
variasi tersebut dikatakan dengan istilah INCREASE. Bila VM berkurang dan makin berkurang tiap tahunnya, maka variasi
tersebut dikatakan dengan istilah DECREASE.
II.7.3 PERHITUNGAN SUDUT PETA dan
SUDUT KOMPAS
Perubahan pada sudut peta dan sudut kompas tiap tahunnya
perlu disesuaikan perubahannya pada tahun saat peta tersebut dibuat dengan
tahun sekarang.
Contoh :
Diketahui :
Peta Berastagi, Lembar 0619 – 31, skala 1:50.000
Tahun peta 1980
sudut peta suatu objek adalah 145o, variasi magnetis tahun 1980 adalah- 0o22’ dan variasi magnetisnya berubah setiap tahunnya -0o03’.
Diketahui :
Peta Berastagi, Lembar 0619 – 31, skala 1:50.000
Tahun peta 1980
sudut peta suatu objek adalah 145o, variasi magnetis tahun 1980 adalah- 0o22’ dan variasi magnetisnya berubah setiap tahunnya -0o03’.
Jawab :
Maka VM tahun 1980 – 2013
=
-3’ x (2013 – 1980) = -3’ x 33 = 199’ = -3˚ 19’
Variasi magnetis tahun 2013 = VM
tahun 1980 ± VM tahun 2013
= -22’ - 3˚19’
= -3˚41’ (setiap sudut kompas harus dikurang 3˚41’ dibulatkan menjadi -3o)
= -22’ - 3˚19’
= -3˚41’ (setiap sudut kompas harus dikurang 3˚41’ dibulatkan menjadi -3o)
Maka Sudut kompasnya adalah 145˚ - 3˚ = 142˚
Jadi untuk
menentukan sudut peta hanyalah mengurangkan sudut kompas dengan variasi
magnetis tahun sekarang jika increase dan menambahkan sudut kompas dengan
variasi magnetis jika decrese.
Contoh :
Diketahui
sudut kompas 210o, jadi sudut petanya adalah 210o+3o
= 213o.
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Perencanaan Jalur Lintasan
Dalam hal ini, penulis mengambil contoh kasus merencanakan
perjalan dengan plotting lintasan dari desa Nageri Gugung ke DL. Takur – Takur.
Jadi dalam tulisan ini, penulis akan memplotting lintasan, menentukan titik –
titik kontrol, sudut tanjakan dan sudut kompas antara titik – titik kontrol
dengan menambahakan atau mengurangkan perubahan variasi magnetis tahun 2013
sehingga perjalanan dapat di manajemen dengan baik. Dalam merencanakan plotting
jalur lintasan perlu di perhatikan kontur ( medan ) yang akan dilalui. Setelah
memperhatikan medan yang akan dilalui, lalu dibuatlah jalur lintasan pada peta
dan kemudian menyusun sebuah perencanaan dengan membuat penampang lintasan yang
akan diplotkan kedalam sebuah peta tematik.
III.1.1 Membuat Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional
bentuk jalur lintasan jika di lihat dari samping dengan menggunakan garis
kontur sebagi acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua
dimensi dan sudut pandangnya dari atas agak sulit bagi kita untuk membayangkan
bagaimana bentuk lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian.
Manfaat penampang lintasan adalah :
1. Sebagai pertimbangan dalam menuyusun
perencanaan perjalanan.
2. Memudahkan kita dalam menggambarkan
kondisi keterjalan dan kecuraman medan.
3. Dapat mengetahui titik – titk
ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu.
4. Menambah akurasi penerjemahan dari
peta topografi ke penampang.
III.2 Cara Menghitung Sudut Peta dan Sudut Kompas
Dari titik kontrol yang sudah di tentukan, kita mencari
sudut petanya. Penentuan sudut peta dari titik kontrol pertama ke titik kontrol
yang kedua, kemudian dari titik kontrol yang kedua ke titik kontrol yang ketiga,
dan begitu selanjutnya sampai titik kontrol terakhir. Sudut peta yang di dapat
itu kemudian di buat menjadi sudut kompas dengan cara sebagai berikut :
Diketahui
sudut peta dari titik kontrol satu ke titik kontrol dua adalah 145o,
tahun peta adalah 1980, variasi magnetis tahun 0o22’ dan variasi
magnetisnya berubah setiap tahunnya 0o03’.
Maka
VM tahun 1980 – 2013
=
3’ x (2013 – 1980) = 3’ x 33 = 199’ = 3˚ 19’
Variasi magnetis tahun 2013 = VM
tahun 1980 ± VM tahun 2013
= -22’ - 3˚19’
= -3˚41’ (setiap sudut kompas harus dikurang 3˚41’ dibulatkan menjadi 3o)
= -22’ - 3˚19’
= -3˚41’ (setiap sudut kompas harus dikurang 3˚41’ dibulatkan menjadi 3o)
Maka Sudut kompasnya adalah 145˚ - 3˚ = 142˚.
Jadi
sudut peta setiap titik kontrol pada lintasan yang sudah di buat dipeta adalah
seperti yang terdapat pada table 3.1 berikut ini.
Tabel. 3.1 Rancangan titi Kontrol
Jalur Lintasan
Jalur Lintasan : DL Takur – takur
Di
Peta Berastagi, Edisi I – 1982, Lembar 0619 – 31
Titik Kontrol
|
Sudut Peta
|
Sudut Kompas
|
1 – 2
|
145o
|
142 o
|
2 – 3
|
115o
|
112 o
|
3 – 4
|
101o
|
98 o
|
4 – 5
|
115o
|
112 o
|
5 – 6
|
131o
|
128 o
|
6 – 7
|
145o
|
142 o
|
7 – 8
|
157o
|
154 o
|
8 – 9
|
157o
|
154 o
|
III.3 Cara menghitung sudut tanjakan dan Membuat Tabel dari
Jalur Lintasan
Menghitung sudut tanjakan berguna untuk membantu pendaki
dalam menentukan lama perjalanan sesuai dengan ketentuan tingkat kesulitan
medan dari besar sudut tanjakannya. Berikut ini, penulis akan menentukan sudut
tanjakan antar titik kontrol dari jalur lintasan yang sudah di plotting di
peta. Dalam penentuan titik kontrol ada acuan tingkat kesulitan dalam melewati
medan berdasarkan sudut tanjakannya, berikut ini tingkat kesulitan dalam
melewati medan berdasarkan sudut kemiringan medan.
Tabel 3.2 Tingkat Kesulitan
berdasarkan sudut kemiringan
Sudut Kemiringan
|
Tingkat kesulitan
|
Keterangan
|
0 o – 2,5o
|
Mudah
|
Tanjakan mudah dilalui
|
2,5 o – 5 o
|
Agak mudah
|
Bias dilalui roda dua dan empat
|
5 o – 7,5 o
|
Agak keras
|
Bias jalan kaki naik turun
|
7,5 o – 10 o
|
Keras
|
Berjalan mendaki
|
10 o – 15 o
|
Sangat keras
|
Berjalan mendaki
|
20 o – 30 o
|
Terjal
|
Mendaki dengan sulit
|
30 o – 45 o
|
terjal
|
Rock climbing
|
Sumber :
Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan tingkat kesulitan
melewati medan saat membuka jalur lintasan baru. Dari hasil pengukurun di peta,
diketahui jarak pengukuran titik kontrol satu ke titik kontrol kedua di peta
adalah 0,8 cm dan interval ketinggiannya adalah 2 x 25m = 50 m (dilihat dari
banyak garis kontur yang di lewati dari titik kontrol pertama ke titik kontrol
kedua, dimana selang ketinggian antara garis kontur adalah 25 m). jadi
perhitungan menentukan jarak datar dan sudut kemiringannya adalah seperti
berikut :
Diketahui : jarak
pengukuran pada peta = 0,8 cm
Interval ketinggiannya =
50 m
Ditanya : a.)
jarak datar?
b.) sudut kemiringan?
Jawab :
a.)
Jarak
datar = jarak pengukuran pada peta x
skala peta
= 0,8 cm x 50.000
= 40000 cm = 400 m
b.)
Sudut
kemiringan =
agar dapat melihat rumus silahkan download filenya DISINI
Jadi
dengan cara yang sama diperoleh sudut kemiringan antar titik kontrol seperti
yang terdapat pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Sudut Kemiringan Antar Titik Kontrol
Jalur Lintasan : DL Takur – takur
Di Peta Berastagi, Edisi I – 1982,
Lembar 0619 – 31
Titik Kontrol
|
Jarak di peta
|
Jarak datar
|
Interval
|
Sudut kemiringan
|
Keterangan
|
1 – 2
|
0,8 cm
|
400 m
|
50 m
|
7,18o
|
Agak keras
( Bisa ditempuh dengan jalan kaki )
|
2 – 3
|
1,2 cm
|
600 m
|
175 m
|
16,95o
|
Terjal
( bisa mendaki tapi sulit )
|
3 – 4
|
0,7 cm
|
350 m
|
150 m
|
25,37o
|
Terjal
( bisa mendaki tapi sulit )
|
4 – 5
|
0,5 cm
|
250 m
|
25 m
|
5,7o
|
Agak keras
( Bisa ditempuh dengan jalan kaki )
|
5 – 6
|
0,8 cm
|
400 m
|
175 m
|
25,9o
|
Terjal
( bisa mendaki tapi sulit )
|
6 – 7
|
0,8 cm
|
400 m
|
100 m
|
14,47o
|
Sangat keras
( dapat dilewati dengan berjalan mendaki )
|
7 – 8
|
1 cm
|
500 m
|
100 m
|
11,5o
|
Sangat keras
( dapat dilewati dengan berjalan mendaki )
|
8 – 9
|
0,7 cm
|
350 m
|
75 m
|
8,21o
|
Sangat keras
( dapat dilewati dengan berjalan mendaki )
|
Dari
titik kontrol yang sudah direncanakan kita dapat menentukan koordinat grid,
koordinat geografis dan ketinggiannya. Koordinat geografis dan ketinggiannya
dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
Langkah
pertama :
Koordinat grid dari objek pada peta 352573 dan koordinat
geografisnya adalah 98o30’ BT dan 03o00’ LU.
Langkah
kedua :
Jarak batas kiri ke titik objek = 23,2cm
Jarak batas bawah ke titik objek = 53,2 cm
Langkah
ketiga :
agar dapat melihat rumus silahkan download filenya
Jadi objek tersebut diukur batas
kiri terletak pada 98o30’ + 6’12” = 98o36’12” BT, dan
dengan cara yang sama di peroleh objek tersebut terletak pada 03o14’18”
LU.
Untuk ketinggian tiap titik kontrol
dapat di tentukan dengan cara sebagai berikut ini :
Diketahui ketinggian puncak DL.
Takur – takur adalah 1523 mdpl, interval antara titik kontrol ke-8 sampai
dengan titik kontrol ke-9 adalah 75 m.
Maka, ketinggian titik control ke-8
adalah 1523 mdpl – 75 m = 1448 mdpl. Dengan cara yang sama dilakukan dari titik
kontrol terakhir samapai ke titik kontrol pertama diperoleh koordinat dan
ketinggian tiap titk kontrol sebagai
berikut :
Tabel 3.4 Rancangan Titik Kontrol Jalur Lintasan
Jalur Lintasan : DL Takur – takur
Di Peta Berastagi, Edisi I – 1982, Lembar 0619 – 31
No.
|
Titik Kontrol
|
Sudut Peta
|
Sudut Kompas
|
Titik Ketinggian ( mdpl )
|
Keterangan
|
|
Koordinat Grid
|
Koordinat Geografis
|
|||||
1.
|
352573
|
98o36’2” BT
03o14’18” LU
|
145o
|
142 o
|
± 673 mdpl
|
Desa
terakhir Nageri Gugung
|
2.
|
353568
|
98o36’18” BT
03o14’6” LU
|
115o
|
112 o
|
± 723 mdpl
|
Awal
menaiki punggungan DL. Takur - takur
|
3.
|
361566
|
98o36’36” BT
03o13’51” LU
|
101o
|
98 o
|
± 898 mdpl
|
Sebelah kiri sungai, kana nada
jurang, dan sudut tanjakan lebih sulit
|
4.
|
367565
|
98o37’51” BT
03o13’6” LU
|
115o
|
112 o
|
± 1048 mdpl
|
Pertemuan dua punggungan
|
5.
|
372563
|
98o37’6” BT
03o13’48” LU
|
131o
|
128 o
|
± 1073 mdpl
|
Punggungan tidak terlalu lebar
|
6.
|
374561
|
98o37’12” BT
03o12’42” LU
|
145o
|
142 o
|
± 1248 mdpl
|
Punggungan makin kecil
|
7.
|
376558
|
98o37’32” BT
03o13’30” LU
|
157o
|
154 o
|
±1348 mdpl
|
Terdapat daerah datar bias untuk
Camp
|
8.
|
378555
|
98o37’32” BT
03o13’18” LU
|
157o
|
154 o
|
±1448 mdpl
|
Punggungan kecil dan mulai
menanjak lagi
|
9.
|
385553
|
98o37’34” BT
03o13’10” LU
|
±1523 mdpl
|
Pilar DL. Takur – takur
|
BAB IV
PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
Dari
pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa plotting lintasan dengan menentukan
titik – tik kontrol merupakan salah satu alternative dalam meminimalisir resiko
dalam melakukan suatu kegiatan pendakian. Dengan cara penentuan titik kontrol,
seorang pendaki mampu mengatur perjalannya dengan baik. Menentukan titik kontrol
dalam melakukan plotting lintasan dan merencanakan perjalanan yang matang
merupakan suatu pengetahuan yang sangat bermanfaat untuk kemajuan pengetahuan
seorang pendaki gunung.
IV.2 SARAN
Dalam hal ini, penulis berharap agar para
petualang yang hendak melakukan perjalanan/pendakian, khususnya untuk pendaki
yang melakukan pembukaan jalur baru harus merencanakannya dahulu dengan matang
dengan menentukan titik – titik kontrol sebagai acuan agar meminimalisir resiko
yang terjadi di lapangan, tentunya juga hal – hal lain yang berhubungan dengan
kegiatan ini. Penulis juga menyarankan kalau plotting lintasan semakin akurat
lagi di lakukan jika menggunakan altimeter dan GPS.
2 comments:
file 'agar dapat melihat rumus silahkan download filenya DISINI' password nya apa ya? trims
maaf, passwordnya "kelin"
Post a Comment