Tuesday, 20 October 2015

NAVIGASI DARAT (penentuan titik kontrol dalam plotting lintasan )


BAB I

PENDAHULUAN 
I.1 Latar Belakang
Sebagai orang yang sering melakukan petualangan/pendakian di alam bebas, pengetahuan tentang navigasi darat dan terutama bagaimana medan yang akan dijalani adalah hal yang harus diketahui. Sering kali seorang petualang dalam melakukan kegiatan petualangan/pendakian selalu melakukan pembukaan jalur baru dengan sudut kompas, plotting lintasan dan juga menggunakan peta keluaran tahun yang cukup lama. Dimana pada medan tertentu pembukaan jalur dengan sudut kompas tidak mungkin dilakukan dengan berjalan lurus pada medan sebenarnya, dan juga saat menggunakan peta keluaran tahun yang cukup lama karena pasti sudah ada penyimpangan sudut arah utara yang timbul karena ada perbedaan arah utara yang ditunjukkan oleh Kutub Utara, Kutub Magnetis dan Peta. Begitu juga saat melakukan plotting lintasan, sering tidak dipahami bahwa untuk plotting lintasan ada beberapa hal yang harus diketahui dan dipersiapkan terlebih dahulu seperti penentuan titik – titik kontrol dalam melakukan plotting lintasan untuk akurasi plotting lintasan. Untuk itu penulis dalam tulisan ini membahas tentang bagaimana cara menentukan titik kontrol pada plotting lintasan.

I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud
Penyajian makalah ini dimaksudkan bagi orang – orang penggiat alam bebas yang akan mengadakan suatu perjalanan/pendakian agar lebih memperhatikan segala persiapan yang dibutuhkan khususnya pengetahuan dan keterampilan pada saat melakukan kegiatan alam bebas. Dengan demikian para penggiat alam bebas akan mampu melakukan perjalanan dengan keyakinan dan mental yang lebih siap lagi.

I.2.2 Tujuan
Penulis menyajikan makalah ini untuk menambah wawasan para pembaca dalam materi Navigasi Darat, khususnya menambah pengetahuan tentang beberapa tanda di alam yang bisa dijadikan acuan atau titik kontrol untuk menentukan posisi kita di peta saat di medan sebenarnya.













BAB II
LANDASAN TEORI

II.1 Plotting Lintasan
Plotting adalah menggambar atau membuat titik di peta/membuat garis di peta. Membuat/menggambar tanda – tanda tertentu di peta. Plotting membantu kita dalam membaca peta. Dalam teknik plotting lintasan ada beberapa tanda medan tertentu sebagi patokan dalam pembuatan jalur. Jalur ini bersifat fleksibel tetapi menyesuaikan kondisi medan dengan tetap berpatokan tanda medan tertentu sebagai patokan pergerakannya. Contoh tanda medan yang bias dijadikan patokan adalah punggungan, lembah, sungai dan tempat yang memungkinkan untuk menembak suatu objek dan mendapatkan sudut kompasnya. Dalam tulisan ini, penentuan tanda – tanda medan tersebut yang akan dibahas sebagai titik kontrol.

II.2 Sudut Kompas ( azimuth ) dan Back Azimuth
Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran. Azimuth disebut juga sudut kompas. Jika membidik sebuah tanda medan, dan memperolah sudutnya, maka sudut itu juga dinamakan sebagai azimuth. Kebalikannya adalah back azimuth. Adapun cara penentuan back azimuth adalah sebagai berikut:
Jika azimuth yang kita peroleh lebih besar dari 180º maka back azimuth sama dengan azimuth dikurangi 180º. Misal anda membidik tanda medan, diperoleh azimuth 200º. Back azimuthnya adalah 200º- 180º = 20º.
Jika azimuth yang kita peroleh lebih kecil dari 180º, maka back azimuthnya sama dengan 180º ditambah azimuth. Misalkan, dari bidikan terhadap sebuah puncak, dan diperoleh azimuth 160º, maka back azimuthnya adalah 180º+160º = 340º.
II.3 Peta Topografi
Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Sebuah garis kontur merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang berhubungan namun tidak berpotongan, ini merupakan titik elevasi pada peta topografi. Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya adalah peta ini menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti jalan, sungai, danau, dan lain – lain. Karena peta topografi menunjukkan kontur bentuk tanah, maka peta jenis ini merupakan jenis peta yang paling cocok untuk kegiatan alam bebas dari peta kebanyakan. Saat ini ada tiga instansi yang dapat mengeluarkan peta topografi untuk masyarakat umum, yaitu yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi, Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakorsurtanal). Pusat Survey dan Pemetaan TNI (PUSURTA), mempunyai dan membuat peta topografi yang rinci.
Dalam peta topografi terdapat beberapa bagian – bagian yang menjelaskan setiap isi dari peta topografi tersebut. Adapun bagian – bagian peta topografi adalah sebagi berikut :
1.      Judul peta
Judul peta adalah judul yang diambil dari bagian terbesar wilayah yang tercantum dalam satu sheet peta. Biasanya terletak di bagian atas peta atau di samping untuk peta buatan badan survai tanah nasional (Bakosurtanal), contoh : Berastagi.

2.      Legenda Peta
Legenda peta adalah penjelasan dari simbul simbul yang tercantum dalam peta. Bagian ini adalah komponen yang sangat vital karena kita akan jadi buta dalam membaca peta jika tidak ada legendanya.



3.      Skala Peta
Skala peta adalah bagian yang menunjukan ukuran dalam lembar peta dengan medan sebenarnya. Skala ini ada dua jenis yaitu skala garis dan skala angka. Dalam peta topografi biasanya dicantumkan duaduanya. (Contoh skala peta 1:25000, 1:50000 dan 1:100000) cara membacanya adalah 1:25000 berarti 1 cm dalam peta adalah 25000cm di medan sebenarnya atau 250 m.

4.      Garis Koordinat
Garis Koordinat adalah jarring - jaring dalam peta yang terdiri dari garis vertical dan garis horizontal. Guna garis ini adalah untuk batas perhitungan koordinat. Koordinat peta dikenal ada dua jenis yaitu koordinat grid dan koordinat geografis. Koordinat geografis merupakan koordinat dari jarring-jaring bumi yang terdiri garis lintang untuk horizontal dan garis bujur untuk vertical. Koordinat grid adalah jarring jarring koordinat local yang dipakai untuk acuan pengkoordinatan dalam peta.

5.      Garis ketinggian ( garis kontur )
Garis Ketinggian atau biasa disebut garis kontur adalah garis yang menyerupai sidik yang menunjukkan titik ketinggian yang sama dalam peta. Karena merupakan tanda dari ketinggian yang sama, maka garis ini tidak akan pernah saling memotong tapi bisa bersinggungan. Lokasi yang lebih rendah akan melingkari lokasi yang lebih tinggi, itulah cirri garis kontur. Atau bisa juga disebutkan garis sebelah dalam adalah lebih tinggi dari garis sebelah luar. Dalam peta interval atau jeda beda ketinggian antara garis kontur biasanya di tunjukan di dekat lokasi legenda. Untuk peta skala 1:25000 interval konturnya biasanya adalah 12,5 meter sedangkan peta skala 1:50000 biasanya interval konturnya adalah 25 meter. Terjemahannya adalah bila interval kontur 25 meter, maka jarak antara garis kontur yang satu dengan yang lainnya di medan sebenarnya memiliki beda tinggi secara vertical 25 meter. Garis kontur dengan pola huruv V atau runcing biasanya menunjukan sebuah jurang/sungai, dan garis kontur dengan pola U atau berpola Lengkung biasanya menunjukan sebuah punggungan dan O merupakan puncak atau Kawah.
6.      Tahun Pembuatan Peta
Tahun Pembuatan Peta merupakan keterangan yang menunjukan tahun terakhir peta tersebut diperbaharui. Hal ini sangat penting karena kondisi permukaan bumi bisa berubah sewaktu - waktu. Contoh tahun pembuatan peta pada peta Berastagi, lembar 0619 – 31 adalah tahun 1977.

7.      Deklinasi
Deklinasi yaitu garis keterangan yang menunjukan beda Utara Peta dan Utara Magnetik (Utara Kompas). Deklinasi ini direvisi tiap 5 tahun sekali. Kenapa ada perbedaan antara Utara peta dan Utara sebenarnya dan Utara Magnetik. Seperti kita ketahui utara bumi kita ditunjukan di kutub utara. Sedangkan sumbu utara magnet bumi sebenarnya ada di sebuah kepulauan di dekat dataran Green Land. Setiap tahun karena rotasi Sumbu bumi ini mengalami pergeseran rata-rata 0,02 detik bisa ke timur dan ke barat. Jadi utara sebenarnya bisa ditentukan dari mengkonversi antara utara magnetic dengan utara Peta. Biasanya akan dicantumkan di setiap lembar peta. Tujuh bagian tersebut merupakan bagian pokok terpenting yang selalu ada dalam tiap lembar peta. Bagian lain adalah merupakan bagian pelengkap. Yang biasanya berisi indek peta, keterangan pembuatan peta, dan pemroduksi peta.


II.4 Koordinat
Sistem koordinat geografi digunakan untuk menunjukkan suatu titik di Bumi berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Garis lintang yaitu garis vertikal yang mengukur sudut antara suatu titik dengan garis katulistiwa. Titik di utara garis katulistiwa dinamakan Lintang Utara sedangkan titik di selatan katulistiwa dinamakan Lintang Selatan. Garis bujur yaitu horizontal yang mengukur sudut antara suatu titik dengan titik nol di Bumi yaitu Greenwich di London Britania Raya yang merupakan titik bujur 0° atau 360° yang diterima secara internasional. Titik di barat bujur 0° dinamakan Bujur Barat sedangkan titik di timur 0° dinamakan Bujur Timur. Suatu titik di Bumi dapat dideskripsikan dengan menggabungkan kedua pengukuran tersebut. System koordinat yang resmi digunakan ada dua macam, yaitu :
II.4.1 Koordinat Grid
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm. Karena itu untuk penentuan koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 0,2 mm).

II.4.2 Koordinat Geografis
Dalam koordinat geografis (Geographical Coordinate) sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit dan detik. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3,7 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30"), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60").

II.5 Konversi Koordinat Grid ke Koordinat Geografis
Dalam hal ini, koordinat grid akan dikonversikan kedalam koordinat geografis. Dalam setiap lembar peta, koordinat geografisnya tertera pada sudut kiri dan kanan bagian bawah dan atas. Pengkonversian koordinat grid ke koordinat geografis dapat dilakukan berdasarkan ketentuan sebagi berikut :

Lebar satu lembar peta UTM adalah 55,65 cm.
Lebar satu lembar peta LCO adalah 37,1 cm.
Dalam peta UTM :
1 : 100.000      = 30’
1: 50.000         = 15’
1 : 25.000        = 7,5’ ( 7’30” )
dan dalam peta LCO :
1 : 100.000      = 20’
1: 50.000         = 10’
1 : 25.000        = 5’

Jadi cara untuk menentukan koordinat geografis adalah sebagi berikut :


agar dapat melihat rumus silahkan download filenya DISINI
Keterangan :

n          =  lebar satu lembar peta sesuai ketentuan
m         =  menit satu lembar peta sesuai ketentuan



Contoh :
Peta xxxxxx
Lembar Peta 0xxx-xx
Edisi x-xxxx
Peta LCO
Skala 1 : 50.000
Langkah pertama :
Koordinat grid dari objek pada peta 373556 dan koordinat geografisnya adalah 98o32’ BT dan 03o10’ LU.
Langkah kedua :
Jarak batas kiri ke titik objek  = 20,4 cm
Jarak batas bawah ke titik objek = 12,6 cm
Langkah ketiga :
agar dapat melihat rumus silahkan download filenya DISINI



Jadi objek tersebut diukur batas kiri terletak pada 98o32’ + 5’30” = 98o37’30” BT, dan dengan cara yang sama di peroleh objek tersebut terletak pada 03o13’24” LU.

II.6 Cara Penentuan Posisi                        
II.6.1 Orientasi
Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (atau dengan kata lain menyamakan utara peta dengan utara sebenarnya). Sebelum anda mulai orientasi peta, usahakan untuk mengenal dulu tanda-tanda medan sekitar yang menyolok dan posisinya di peta. Hal ini dapat dilakukan dengan pencocokan nama puncakan, nama sungai, desa dll. Jadi minimal anda tahu secara kasar posisi anda dimana. Orientasi peta ini hanya berfungsi untuk meyakinkan anda bahwa perkiraan posisi anda dipeta adalah benar.

Langkah-langkah orientasi peta:
1.      Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang mencolok.
2.      Letakkan peta pada bidang datar.
3.      Samakan utara peta dengan utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.
4.      Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol di sekeliling dan temukan tanda-tanda tersebut di dalam peta, lakukan untuk beberapa tanda medan.
5.      Ingat tanda-tanda medan medan itu. Bentuk dan tempat di medan sebenarnya maupun di peta

II.6.2 Resection
Prinsip resection adalah menentukan posisi kita dipeta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik ini paling tidak membutuhkan dua tanda medan yang terlihat jelas dan dapat dibidik (untuk resection biasanya dilakukan dimedan terbuka agar tanda medan terlihat dengan jelas). Tidak setiap tanda medan harus dibidik, minimal dua, tapi posisinya sudah pasti.
Langkah-langkah melakukan resection :
1.      Lakukan orientasi peta
2.      Cari tanda medan yang mudah dikenali di lapangan dan di peta, minimal 2 buah
3.      Bidik tanda-tanda medan tersebut dari posisi kita dengan menggunakan kompas bidik. Kompas orienteering dapat digunakan, namun kurang akurat.
4.      Pindahkan sudut bidikan yang didapat ke peta dan hitung sudut pelurusnya. Lakukan ini pada setiap tanda medan yang dijadikan sebagai titik acuan.
5.      Perpotongan garis yang ditarik dari sudut-sudut pelurus tersebut adalah posisi kita dipeta.


II.6.3 Intersection
Prinsip intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali di lapangan. Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan tetapi sukar untuk dicapai. Sebelum intersection kita sudah harus yakin terlebih dahulu posisi kita dipeta. Biasanya sebelum intersection, kita sudah melakukan resection terlebih dahulu.

Langkah-langkah melakukan intersection adalah:
1.      Lakukan orientasi peta
2.      Lakukan resection untuk memastikan posisi kita di peta.
3.      Bidik obyek yang kita amati
4.      Pindahkan sudut yang didapat ke dalam peta
5.      Bergerak ke posisi lain dan pastikan posisi tersebut di peta. Lakukan langkah 1-3
6.      Perpotongan garis perpanjangan dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.


II.7 Konversi Sudut Peta ke Sudut Kompas
Sudut Peta adalah sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis (garis yang menuju utara peta dan garis yang terbentuk oleh kompas ke arah sasarannya). Sedangkan, Sudut Kompas adalah sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis (garis yang menuju utara magnetis dan garis yang terbentuk oleh kompas ke arah sasarannya). Dalam peta topografi, kita mengenal 3 arah utara, untuk itu saat menentukan arah, harus memulainya dengan menentukan arah titik 0, yaitu :
1.      Utara Sebenarnya (TN = TRUE NORTH) adalah arah utara yang ditunjukkan oleh garis meridian menuju ke kutub utara.

2.      Utara Peta (GN = GRID NORTH) adalah arah utara yang ditunjukkan oleh garis-garis tegak yang terdapat pada karvak.

3.      Utara Magnetis (MN = MAGNETIC NORTH) adalah arah utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas yang selalu mengarah pada kutub magnetis bumi (poros bumi).

II.7.1 IKHTILAF
Dalam navigasi darat ada di kenal dengan istilah Ikhtilaf. Ikhtilaf yaitu penyimpangan sudut arah utara yang timbul karena ada perbedaan arah utara yang ditunjukkan oleh Kutub Utara, Kutub Magnetis dan Peta. Ikhtilaf ada beberapa jenis yaitu :
1.      Ikhtilaf Peta adalah sudut yang terbentuk oleh Utara sebenarnya dengan Utara peta baik ke Barat maupun ke Timur.

2.      Ikhtilaf Magnetis adalah sudut yang terbentuk oleh Utara Sebenarnya dengan Utara Magnetis baik ke Barat maupun ke Timur.

3.      Ikhtilaf Utara Peta adalah sudut yang terbentuk oleh Utara peta dengan Utara Magnetis baik ke Barat maupun ke Timur dengan utara peta sebagai patokan.

4.      Variasi Magnetis ( VM ) adalah perbedaan antara ikhtilaf magnetis pada waktu-waktu berlainan yang mengalami perubahan karena pengaruh dari rotasi dan revolusi bumi. Perubahan ini selalu diukur dan diperiksa akurasinya setiap 5 tahun

Pada peta topografi, VM biasanya ditulis di bagian bawah untuk menentukan deklinasi dan VM. Disamping itu dinyatakan pula VM rata-rata tiap tahun. Untuk mencari Ikhtilaf peta, harus dilihat dekat batas kiri/kanan peta dimana tertulis GRID DECLINATION yang artinya IKHTILAF PETA.


II.7.2 INCREASE & DECREASE
Bila VM bertambah dan makin bertambah tiap tahunnya, maka variasi tersebut dikatakan dengan istilah INCREASE. Bila VM berkurang dan makin berkurang tiap tahunnya, maka variasi tersebut dikatakan dengan istilah DECREASE.

II.7.3 PERHITUNGAN SUDUT PETA dan SUDUT KOMPAS
Perubahan pada sudut peta dan sudut kompas tiap tahunnya perlu disesuaikan perubahannya pada tahun saat peta tersebut dibuat dengan tahun sekarang.
Contoh :
Diketahui :
Peta Berastagi, Lembar 0619 – 31, skala 1:50.000
Tahun peta 1980
sudut peta suatu objek adalah 145o, variasi magnetis tahun 1980 adalah- 0o22’ dan variasi magnetisnya berubah setiap tahunnya -0o03’.
Jawab :
Maka VM tahun 1980 – 2013
= -3’ x (2013 – 1980) = -3’ x 33 = 199’ = -3˚ 19’
Variasi magnetis tahun 2013 = VM tahun 1980 ± VM tahun 2013
= -22’ -  3˚19’
= -3˚41’ (setiap sudut kompas harus dikurang 3˚41’ dibulatkan menjadi -3o)
Maka Sudut kompasnya adalah 145˚ - 3˚ = 142˚
Jadi untuk menentukan sudut peta hanyalah mengurangkan sudut kompas dengan variasi magnetis tahun sekarang jika increase dan menambahkan sudut kompas dengan variasi magnetis jika decrese.
Contoh :
Diketahui sudut kompas 210o, jadi sudut petanya adalah 210o+3o = 213o.

BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Perencanaan Jalur Lintasan
Dalam hal ini, penulis mengambil contoh kasus merencanakan perjalan dengan plotting lintasan dari desa Nageri Gugung ke DL. Takur – Takur. Jadi dalam tulisan ini, penulis akan memplotting lintasan, menentukan titik – titik kontrol, sudut tanjakan dan sudut kompas antara titik – titik kontrol dengan menambahakan atau mengurangkan perubahan variasi magnetis tahun 2013 sehingga perjalanan dapat di manajemen dengan baik. Dalam merencanakan plotting jalur lintasan perlu di perhatikan kontur ( medan ) yang akan dilalui. Setelah memperhatikan medan yang akan dilalui, lalu dibuatlah jalur lintasan pada peta dan kemudian menyusun sebuah perencanaan dengan membuat penampang lintasan yang akan diplotkan kedalam sebuah peta tematik.
III.1.1 Membuat Penampang Lintasan
Penampang lintasan adalah penggambaran secara proporsional bentuk jalur lintasan jika di lihat dari samping dengan menggunakan garis kontur sebagi acuan. Sebagaimana kita ketahui bahwa peta topografi yang dua dimensi dan sudut pandangnya dari atas agak sulit bagi kita untuk membayangkan bagaimana bentuk lintasan yang sebenarnya, terutama menyangkut ketinggian.
Manfaat penampang lintasan adalah :
1.      Sebagai pertimbangan dalam menuyusun perencanaan perjalanan.
2.      Memudahkan kita dalam menggambarkan kondisi keterjalan dan kecuraman medan.
3.      Dapat mengetahui titik – titk ketinggian dan jarak dari tanda medan tertentu.
4.      Menambah akurasi penerjemahan dari peta topografi ke penampang.



III.2 Cara Menghitung Sudut Peta dan Sudut Kompas
Dari titik kontrol yang sudah di tentukan, kita mencari sudut petanya. Penentuan sudut peta dari titik kontrol pertama ke titik kontrol yang kedua, kemudian dari titik kontrol yang kedua ke titik kontrol yang ketiga, dan begitu selanjutnya sampai titik kontrol terakhir. Sudut peta yang di dapat itu kemudian di buat menjadi sudut kompas dengan cara sebagai berikut :
Diketahui sudut peta dari titik kontrol satu ke titik kontrol dua adalah 145o, tahun peta adalah 1980, variasi magnetis tahun 0o22’ dan variasi magnetisnya berubah setiap tahunnya 0o03’.
Maka VM tahun 1980 – 2013
= 3’ x (2013 – 1980) = 3’ x 33 = 199’ = 3˚ 19’
Variasi magnetis tahun 2013 = VM tahun 1980 ± VM tahun 2013
= -22’ -  3˚19’
= -3˚41’ (setiap sudut kompas harus dikurang 3˚41’ dibulatkan menjadi 3o)
Maka Sudut kompasnya adalah 145˚ - 3˚ = 142˚.
Jadi sudut peta setiap titik kontrol pada lintasan yang sudah di buat dipeta adalah seperti yang terdapat pada table 3.1 berikut ini.
Tabel. 3.1 Rancangan titi Kontrol Jalur Lintasan
Jalur Lintasan : DL Takur – takur
Di Peta Berastagi, Edisi I – 1982, Lembar 0619 – 31
Titik Kontrol
Sudut Peta
Sudut Kompas
1 – 2
145o
142 o
2 – 3
115o
112 o
3 – 4
101o
98 o
4 – 5
115o
112 o
5 – 6
131o
128 o
6 – 7
145o
142 o
7 – 8
157o
154 o
8 – 9
157o
154 o
III.3 Cara menghitung sudut tanjakan dan Membuat Tabel dari Jalur Lintasan
Menghitung sudut tanjakan berguna untuk membantu pendaki dalam menentukan lama perjalanan sesuai dengan ketentuan tingkat kesulitan medan dari besar sudut tanjakannya. Berikut ini, penulis akan menentukan sudut tanjakan antar titik kontrol dari jalur lintasan yang sudah di plotting di peta. Dalam penentuan titik kontrol ada acuan tingkat kesulitan dalam melewati medan berdasarkan sudut tanjakannya, berikut ini tingkat kesulitan dalam melewati medan berdasarkan sudut kemiringan medan.
Tabel 3.2 Tingkat Kesulitan berdasarkan sudut kemiringan
Sudut Kemiringan
Tingkat kesulitan
Keterangan
0 o – 2,5o
Mudah
Tanjakan mudah dilalui
2,5 o – 5 o
Agak mudah
Bias dilalui roda dua dan empat
5 o – 7,5 o
Agak keras
Bias jalan kaki naik turun
7,5 o – 10 o
Keras
Berjalan mendaki
10 o – 15 o
Sangat keras
Berjalan mendaki
20 o – 30 o
Terjal
Mendaki dengan sulit
30 o – 45 o
terjal
Rock climbing
Sumber :

Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan tingkat kesulitan melewati medan saat membuka jalur lintasan baru. Dari hasil pengukurun di peta, diketahui jarak pengukuran titik kontrol satu ke titik kontrol kedua di peta adalah 0,8 cm dan interval ketinggiannya adalah 2 x 25m = 50 m (dilihat dari banyak garis kontur yang di lewati dari titik kontrol pertama ke titik kontrol kedua, dimana selang ketinggian antara garis kontur adalah 25 m). jadi perhitungan menentukan jarak datar dan sudut kemiringannya adalah seperti berikut :

Diketahui :     jarak pengukuran pada peta = 0,8 cm
                        Interval ketinggiannya = 50 m
Ditanya :        a.) jarak datar?
                        b.) sudut kemiringan?
Jawab :
a.)    Jarak datar       = jarak pengukuran pada peta x skala peta
= 0,8 cm x 50.000
= 40000 cm = 400 m
b.)    Sudut kemiringan       
agar dapat melihat rumus silahkan download filenya DISINI


Jadi dengan cara yang sama diperoleh sudut kemiringan antar titik kontrol seperti yang terdapat pada tabel berikut :
Tabel 3.3 Sudut Kemiringan Antar Titik Kontrol
Jalur Lintasan : DL Takur – takur
Di Peta Berastagi, Edisi I – 1982, Lembar 0619 – 31
Titik Kontrol
Jarak di peta
Jarak datar
Interval
Sudut kemiringan
Keterangan
1 – 2
0,8 cm
400 m
50   m
7,18o
Agak keras
( Bisa ditempuh dengan jalan kaki )
2 – 3
1,2 cm
600 m
175 m
16,95o
Terjal
( bisa mendaki tapi sulit )
3 – 4
0,7 cm
350 m
150 m
25,37o
Terjal
( bisa mendaki tapi sulit )
4 – 5
0,5 cm
250 m
25   m
5,7o
Agak keras
( Bisa ditempuh dengan jalan kaki )
5 – 6
0,8 cm
400 m
175 m
25,9o
Terjal
( bisa mendaki tapi sulit )
6 – 7
0,8 cm
400 m
100 m
14,47o
Sangat keras
( dapat dilewati dengan berjalan mendaki )
7 – 8
1    cm
500 m
100 m
11,5o
Sangat keras
( dapat dilewati dengan berjalan mendaki )
8 – 9
0,7 cm
350 m
75   m
8,21o
Sangat keras
( dapat dilewati dengan berjalan mendaki )

Dari titik kontrol yang sudah direncanakan kita dapat menentukan koordinat grid, koordinat geografis dan ketinggiannya. Koordinat geografis dan ketinggiannya dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
Langkah pertama :
Koordinat grid dari objek pada peta 352573 dan koordinat geografisnya adalah 98o30’ BT dan 03o00’ LU.
Langkah kedua :
Jarak batas kiri ke titik objek  = 23,2cm
Jarak batas bawah ke titik objek = 53,2 cm
Langkah ketiga :
agar dapat melihat rumus silahkan download filenya




Jadi objek tersebut diukur batas kiri terletak pada 98o30’ + 6’12” = 98o36’12” BT, dan dengan cara yang sama di peroleh objek tersebut terletak pada 03o14’18” LU.
Untuk ketinggian tiap titik kontrol dapat di tentukan dengan cara sebagai berikut ini :
Diketahui ketinggian puncak DL. Takur – takur adalah 1523 mdpl, interval antara titik kontrol ke-8 sampai dengan titik kontrol ke-9 adalah 75 m.
Maka, ketinggian titik control ke-8 adalah 1523 mdpl – 75 m = 1448 mdpl. Dengan cara yang sama dilakukan dari titik kontrol terakhir samapai ke titik kontrol pertama diperoleh koordinat dan ketinggian  tiap titk kontrol sebagai berikut :





Tabel 3.4 Rancangan Titik Kontrol Jalur Lintasan
Jalur Lintasan : DL Takur – takur
Di Peta Berastagi, Edisi I – 1982, Lembar 0619 – 31
No.
Titik Kontrol
Sudut Peta
Sudut Kompas
Titik Ketinggian ( mdpl )
Keterangan
Koordinat Grid
Koordinat Geografis
1.
352573
98o36’2” BT
03o14’18” LU
145o
142 o
± 673 mdpl
Desa terakhir Nageri Gugung
2.
353568
98o36’18” BT
03o14’6” LU
115o
112 o
± 723 mdpl
Awal menaiki punggungan DL. Takur - takur
3.
361566
98o36’36” BT
03o13’51” LU
101o
98 o
± 898 mdpl
Sebelah kiri sungai, kana nada jurang, dan sudut tanjakan lebih sulit
4.
367565
98o37’51” BT
03o13’6” LU
115o
112 o
± 1048 mdpl
Pertemuan dua punggungan
5.
372563
98o37’6” BT
03o13’48” LU
131o
128 o
± 1073 mdpl
Punggungan tidak terlalu lebar
6.
374561
98o37’12” BT
03o12’42” LU
145o
142 o
± 1248 mdpl
Punggungan makin kecil
7.
376558
98o37’32” BT
03o13’30” LU
157o
154 o
±1348 mdpl
Terdapat daerah datar bias untuk Camp
8.
378555
98o37’32” BT
03o13’18” LU
157o
154 o
±1448 mdpl
Punggungan kecil dan mulai menanjak lagi
9.
385553
98o37’34” BT
03o13’10” LU


±1523 mdpl
Pilar DL. Takur – takur





BAB IV
PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa plotting lintasan dengan menentukan titik – tik kontrol merupakan salah satu alternative dalam meminimalisir resiko dalam melakukan suatu kegiatan pendakian. Dengan cara penentuan titik kontrol, seorang pendaki mampu mengatur perjalannya dengan baik. Menentukan titik kontrol dalam melakukan plotting lintasan dan merencanakan perjalanan yang matang merupakan suatu pengetahuan yang sangat bermanfaat untuk kemajuan pengetahuan seorang pendaki gunung.

IV.2 SARAN
Dalam hal ini, penulis berharap agar para petualang yang hendak melakukan perjalanan/pendakian, khususnya untuk pendaki yang melakukan pembukaan jalur baru  harus merencanakannya dahulu dengan matang dengan menentukan titik – titik kontrol sebagai acuan agar meminimalisir resiko yang terjadi di lapangan, tentunya juga hal – hal lain yang berhubungan dengan kegiatan ini. Penulis juga menyarankan kalau plotting lintasan semakin akurat lagi di lakukan jika menggunakan altimeter dan GPS.

2 comments:

Unknown said...

file 'agar dapat melihat rumus silahkan download filenya DISINI' password nya apa ya? trims

Hama Tani said...

maaf, passwordnya "kelin"

loading...