1. STANDARISASI DAN PERATURAN
1.
DEFENISI INSTALASI LISTRIK
Instalasi listrik adalah susunan perlengkapan listrik yang berhubungan
yang satu dengan yang lain, serta memiliki ciri terkoordinasi, untuk memenuhi
satu atau sejumlah tujuan tertentu.
2. STANDARISASI
Tujuan standarisasi ialah untuk
mencapai keseragaman, antara lain mengenai:
a. ukuran, bentuk dan mutu barang;
b. cara menggambar dan cara kerja.
Dengan makin rumitnya konstruksi dan makin
meningkatnya jumlah dan jenis barang yang dihasilkan, standarisasi menjadi
suatu keharusan.
Standarisasi
membatasi jumlah jenis bahan dan barang, sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya kesalahan. Standarisasi juga mengurangi pekerjaan tangan maupun
pekerjaan otak. Dengan tercapainya standarisasi, mesin-mesin dan alat-alat
dapat dipergunakan secara lebih baik dan efisien, sehingga dapat menurunkan
harga pokok dan meningkatkan mutu.
Dua organisasi international yang bergerak di bidang
standarisasi ialah:
a.
“International Electrotechnical Commission” (IEC) untuk
bidang teknik listrik, dan
b.
“International Organization for Standardization” (ISO)
untuk bidang-bidang lainnya
Di Indonesia saat ini sudah terbentuk
Badan Standarisasi Nasional (BSN)
3.
PERATURAN
Pemasangan instalasi
listrik terikat pada peraturan-peraturan. Tujuan peraturan- peraturan ini
adalah:
a.
pengamanan
manusia dan barang;
b.
penyediaan
tenaga listrik yang aman dan efisien.
Dapat
diperkirakan bahwa kebanyakan orang tidak akhli di bidang listrik. Supaya
listrik dapat digunakan dengan seaman mungkin, maka syarat-syarat yang
ditentukan dalam peraturan sangat ketat.
Peraturan
instalasi listrik terdapat dalam buku “Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000”
disingkat PUIL 2000. Buku ini diterbitkan oleh YAYASAN PUIL. Di samping PUIL
2000, harus juga diperhatikan peraturan-peraturan lain yang ada hubungannya
dengan instalasi listrik, yaitu:
a. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, beserta Peraturan
Pelaksanaannya;
b. Undang-undang Nomor 15 tahun 1985 tentang
Ketenagalistrikan;
c. Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
d. Undang-undang Nomor 18 tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi;
e.
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi;
g.
Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1989 tentang Penyediaan
dan Pemanfaatan Tenaga Listrik;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1993
tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan;
i.
Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1995 tentang Usaha
Penunjang Tenaga Listrik
j.
Peraturan
Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 01.P/40/M.PE/1990 tentang Instalasi
Ketenagalistrikan;
k.
Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 02.P/0322/M.PE/1995
tentang Standarisasi, Sertifikasi dan Akreditasi Dalam Lingkungan Peetambangan
dan Energi.
4. PENGUJIAN PERALATAN LISTRIK
Semua peralatan listrik yang akan dipergunakan untuk
instalasi harus memenuhi ketentuan-ketentuan PUIL 2000.
Di Indonesia peralatan listrik diuji oleh suatu lembaga
dari Perusahaan Umum Lisrtik Negara, yaitu Pusat Penyelidikan Masalah
Kelistrikan, disingkat LMK
2. TEKNIK PENERANGAN
1. CAHAYA
Cahaya adalah suatu gejala fisis. Suatu
sumber cahaya memancarkan energi. Sebagian energi ini diubah menjadi cahaya
tampak. Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang-gelombang
elektromagnetik. Jadi cahaya itu merupakan suatu gejala getaran
2. SATUAN-SATUAN
a)
1 watt cahaya
adalah energi yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya sebesar
1 watt dengan panjang gelombang 555 mm.
b)
1 watt cahaya
= 680 lumen
c)
Flux cahaya
(lumen) adalah jumlah seluruh cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber
cahaya dalam satu detik. (Sebagai contoh
lihat pada Tabel 1 dan 2).
d)
Flux cahaya
spesifik = lumen/watt.
e)
Steradian.
Misalkan dari permukaan sebuah bola ( Gambar 1 ) dengan jari-jari r ditentukan
suatu bidang dengan luas r2. Kalau ujung suatu jari-jari kemudian
menjalani tepi bidang itu, maka sudut ruang yang dipotong dari bola oleh
jari-jari ini disebut satu steradian.
Karena luas permukaan bola sama dengan 4pr2, maka di
sekitar titik tengah bola dapat diletakkan 4p sudut ruang yang
masing-masing sama dengan satu steradian.
f)
Intensitas cahaya
(kandela) = flux cahaya persatuan sudut ruang (steradian) yang dipancarkan
ke suatu arah tertentu
I
= (cd) (1)
di
mana : I = Intensitas cahaya (cd)
f = Flux cahaya (Lm)
w = Sudut ruang (Steradian)
g)
Intensitas
penerangan atau iluminansi (E) = flux cahaya persatuan luas permukaan A (m2)
Erata-rata = lux
(2)
Gambar 1
3. HUKUM KUADRAT
Ep = lux
(3)
di mana : Ep = intensitas penerangan di suatu titik P dari
bidang yang diterangi
(lux)
I =
intensitas sumber cahaya (cd)
r = jarak dari sumber cahaya ke titik P (m)
4. DIAGRAM
POLAR INTENSITAS CAHAYA
Diagram polar intensitas cahaya adalah
suatu karakteristik untuk pembagian cahaya sebuah lampu atau armatur. Diagram
ini umumnya diberikan untuk lampu 1000 lumen.
Gambar 2
Diagram polar intensitas cahaya digunakan
untuk menghitung intensitas penerangan di suatu titik menurut rumus :
Ep = lux
Gambar
3
Intensitas
penerangan E’ di bidang a’ - b’ tegak
lurus pada arah I menurut hukum kuadrat:
E’ = lux
(4)
Intensitas
penerangan E di bidang horizontal a - b, ialah proyeksi dari E’ pada garis
tegak lurus pada bidang a - b di titik P. Jadi :
E
= E’ cos a (5)
Dari Persamaan (4) dan (5) diperoleh :
E = cos a lux (6)
Rumus ini
dikenal sebagai hukum Cosinus
5. SISTEM
PENERANGAN DAN ARMATUR
Penyebaran
cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada :
1.
Konstruksi sumber cahaya
2.
Konstruksi armatur yang digunakan
Konstruksi armatur yang digunakan
antara lain ditentukan oleh:
a.
cara pemasangannya pada dinding atau langit-langit
b. cara pemasangan fiting atau fiting-fiting
di dalam armatur
c.
perlindungan sumber cahaya
d.
penyesuaian bentuknya dengan lingkungan
e.
penyebaran cahayanya
Berdasarkan pembagian flux cahayanya oleh
sumber cahaya dan armatur yang digunakan, dapat dibedakan sistem-sistem
penerangan di bawah ini.
1)
Penerangan langsung: cahaya yang dipancarkan sumber
cahaya seluruhnya diarahkan ke bidang yang harus diberikan penerangan,
langit-langit hampir tidak berperan. Penerangan langsung terutama digunakan di
ruangan-ruangan yang tinggi, misalnya di bengkel, pabrik dan untuk penerangan
luar.
2)
Terutama penerangan langsung: sejumlah kecil
cahaya dipancarkan ke atas. Sistem penerangan ini digunakan di gedung-gedung
ibadat, untuk tangga dalam rumah, gang dan lain-lain.
3)
Penerangan baur/merata: sebagian dari cahaya
sumber-sumber cahaya diarahkan ke dinding dan langit. Penerangan ini digunakan
di ruangan-ruangan sekolah, ruangan kantor dan tempat-tempat kerja.
4)
Terutama penerangan tak langsung: sebagian besar dari
cahaya sumber-sumber cahaya diarahkan ke atas. Karena itu langit-langit dan
dinding-dinding ruangan harus diberi warna terang. Penerangan ini digunakan di
rumah-rumah sakit, di ruangan baca, toko-toko, kamar tamu, dan lain-lain.
5)
Penerangan tidak
langsung: cahayanya dipantulkan oleh langit-langit dan dinding-dinding. Warna
dinding dan langit-langit harus terang. Penerangan ini digunakan di
ruangan-ruangan untuk membaca, menulis dan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
halus lainnya.
Tabel
3 dan 4 memuat ikhtisar dari armatur-armatur yang dipergunakan dan sifat-sifat
utamanya dan pada lampiran dapat dilihat berbagai bentuk armatur.
6. CARA
MENGHITUNG PENERANGAN DALAM
Untuk
suatu perusahaan produksi penerangan yang baik antara lain memberi
keuntungan-keuntungan berikut ini:
a.
peningkatan produksi
b.
peningkatan kecermatan
c.
kesehatan yang lebih baik
d.
suasana kerja yang lebih nyaman
e.
keselamatan kerja yang lebih baik
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem penerangan adalah :
a.
intensitas penerangannya di bidang kerja
b.
intensitas penerangan umumnya dalam ruangan
c.
biaya instalasinya
d.
biaya pemakaian energinya
e.
biaya pemeliharan instalasinya, antara lain biaya
penggantian lampu-lampu.
Perbandingan antara intensitas penerangan
minimum dan maksimum di bidang kerja sekurang-kurangnya = 0,7. Perbandingan
dengan sekelilingnya sekurang-kurangnya = 0,3.
6.1. Intensitas
Penerangan
Intensitas
penerangan ditentukan oleh :
a. tempat di mana pekerjaan akan dilakukan.
b.
sifat pekerjaan
Tabel 5 memuat
intensitas penerangan berbagai sifat pekerjaan.
6.2. Efisiensi
Penerangan
h
= (7)
di mana :
f0 = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber
cahaya yang ada dalam ruangan
fg = flux cahaya berguna yang mencapai bidang kerja,
langsung atau tidak langsung setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit
dan fg = E
x A (8)
Dari Persamaan (7) dan (8) diperoleh rumus
flux cahaya
f0 = Lm (9)
di mana :
E = intensitas penerangan yang diperlukan di bidang
kerja (lux)
A = luas bidang kerja (m2)
Untuk menentukan efisiensi penerangannya
harus diperhitungkan :
a)efisiensi armaturnya (n)
n
=
b)
faktor refleksi dinding (rw), faktor
refleksi langit-langit (rp) dan faktor refleksi bidang pengukurannya (rm).
Faktor-faktor
refleksi ditentukan berdasarkan warna dinding dan langit-langit ruangan :
warna putih dan warna sangat muda = 0,7
warna muda = 0,5
warna sedang = 0,3
warna
gelap = 0,1
Khusus faktor refleksi bidang pengukuran
(rm) ditetapkan = 0,1.
c)Indeks ruangan atau indeks bentuk (k)
k = (10)
di mana :
p = panjang ruangan (m)
l = lebar ruangan (m)
h = tinggi sumber cahaya di
atas bidang kerja (m)
Bidang kerja
umumnya diambil 80 cm – 90 cm di atas lantai
6.3. Faktor
Depresiasi
Faktor
depresiasi (d) didefinisikan sebagai :
d =
Faktor
depresiasi terdiri atas 3 golongan utama :
a.
pengotoran ringan
Terjadi di toko-toko, kantor-kantor dan
gedung-gedung sekolah yang berada di daerah-daerah yang hampir tidak berdebu.
b.
pengotoran berat
Terjadi di ruangan-ruangan dengan banyak debu atau
pengotoran lainnya. Misalnya di pabrik-pabrik cor, pertambangan, pemintalan,
dan sebagainya.
c.
pengotoran biasa
Terjadi
di perusahaan-perusahaan lainnya.
Kalau tingkat pengotorannya tidak
ditentukan, digunakan faktor depresiasi = 0,8.
Contoh efisiensi penerangan beberapa lampu/armarur
dapat dilihat pada Tabel 6 – 10.
6.4. Penentuan
Jumlah Lampu atau Armatur
Jumlah
lampu :
nL = (11)
atau,
Jumlah
armatur :
nA = (12)
di
mana :
nL = jumlah lampu
nA = jumlah armatur
fL = flux cahaya lampu
fA = flux cahaya armatur
E =
intensitas penerangan yang diperlukan
A = luas
bidang kerja
h =
efisiensi penerangan
d = faktor depresiasi
CATATAN
1.
Jika data efisiensi penerangan yang dikeluarkan olek
pabrik pembuat lampu/armatur tidak tersedia, maka dapat digunakan nilai
pendekatan sebagai berikut.
Sistem Penerangan
|
Efisiensi Penerangan
|
langsung
|
0,60
|
terutama
langsung
|
0,55
|
menyebar/merata
|
0,50
|
terutama
tidak langsung
|
0,45
|
tidak
langsung
|
0,35
|
2.
Disamping dengan metoda yang telah dijelaskan di atas,
metoda lain yang dapat digunakan untuk menghitung penerangan dalam adalah
“Zonal Cavity Method”.
Contoh Soal
Sebuah ruangan
dengan ukuran 12 m x 25 m dengan tinggi ruangan 4 m akan diberi penerangan.
Intensitas penerangan yang diperlukan adalah 250 lux. Buatlah rencana
penerangan untuk ruangan tersebut. Warna dinding dan langit-langit adalah
putih.
Penyelesaian
Direncanakan
akan menggunakan armatur tipe : GCB dengan lampu 2 x TLD – 36/95 dengan flux
cahaya = 2350 lumen pertabung.
Tinggi bidang kerja = 0,85 m ® h = 4 – 0,85 = 3,15 m
k = = 2,57
|
|
k = 3 ® h
= 0,61
Jumlah armatur yang diperlukan (nA)
:
nA
=
» 33,6
Jadi diambil n = 32 armatur
Jumlah ini dapat dibagi atas 4 deret,
masing-masing dengan 8 armatur
6.5
Cara Penempatan Sumber-sumber Cahaya Dalam Ruangan
Perhatikan Gambar 4.
a. Jarak antara sumber cahaya (a) sedapat mungkin
harus sama untuk kedua arah.
b.
Jarak antara sumber cahaya yang paling luar dan dinding = 0,5a.
c. Sedapat mungkin :
a = (1 s/d 1,5) h
Gambar 4
7.
Tabel-tabel Penerangan
Tabel 1. Flux
cahaya LampuTL 220 V
Tipe
|
Panjang
(mm)
|
Warna
|
Flux
Cahaya
(lumen)
|
TLD
– 18 W
|
590
|
/92
incandescent
/93
warm white
/94
white
/95
daylight
|
615
730
940
1070
|
TLD
– 36 W
|
1200
|
/92
incandescent
/93
warm white
/94
white
/95
daylight
|
2250
2300
2350
2350
|
TLD
– 58 W
|
1500
|
/92
incandescent
/93
warm white
/94
white
/95
daylight
|
3550
3600
3700
4000
|
/92 digunakan
antara lain di : hotel, restaurant, rumah dan reception areas.
/93 dan /94
digunakan antara lain di : boutiques, galleri, museums, showrooms.
/95 terutama
digunakan di industri-industri keramik dan daerah-daerah yang memerlukan
ketelitian yang tinggi
Tabel 2. Flux cahaya Lampu Pijar 220 V
WATT
|
15
|
25
|
40
|
60
|
75
|
100
|
150
|
F.C
(Lumen)
|
120
|
230
|
430
|
730
|
960
|
1500
|
2220
|
Tabel 3 Armatur yang digunakan
pada Ruangan Kantor dan Sekolah
Tabel 4 Armatur yang digunakan Untuk
Industri
Tabel 5 Intensitas penerangan untuk berbagai sifat
pekerjaan
Sifat
pekerjaan
|
penerangan
sangat
baik
|
penerangan
baik
|
|
1.
|
Kantor
Ruangan
gambar
Ruangan
kantor (untuk pekerjaan, kantor biasa, pembukuan, mengetik, surat menyurat, membaca, menulis, melayani
mesin-mesin kantor)
Ruangan yang
tidak digunakan terus-menerus untuk pekerjaan (ruangan arsip, tangga, gang,
ruangan tunggu)
|
2000 lux
1000 lux
250 lux
|
1000 lux
500 lux
150 lux
|
2.
|
Ruangan Sekolah
Ruangan kelas
Ruangan gambar
Ruangan untuk
pelajaran jahit-menjahit
|
500 lux
1000 lux
1000 lux
|
250 lux
500 lux
500 lux
|
3.
|
Industri
Pekerjaan sangat halus (pembuatan jam
tangan, instrumen kecil dan halus, mengukir)
Pekerjaan halus (pekerjaan pemasangan
halus, menyetel mesin bubut otomatis, pekerjaan bubut halus, kempa halus,
poles)
Pekerjaan biasa (pekerjaan bor, bubut
kasar, pemasangan biasa)
Pekerjaan kasar (menempa dan menggiling)
|
5000 lux
2000 lux
1000 lux
500 lux
|
2500 lux
1000 lux
500 lux
250 lux
|
4.
|
Toko
Ruangan jual dan pamer :
toko-toko besar
toko-toko lain
Etalase :
toko-toko besar
toko-toko lain
|
1000 lux
500 lux
2000 lux
1000 lux
|
500 lux
250 lux
1000 lux
500 lux
|
5.
|
Mesjid,
gereja dan sebagainya
|
250 lux
|
125 lux
|
6.
|
Rumah Tinggal
Kamar tamu
Penerangan setempat (bidang kerja)
Penerangan umum, suasana
Dapur
Penerangan setempat
Penerangan umum
Ruangan-ruangan lain
Kamar tidur, kamar mandi, kamar rias
(penerangan setempat)
Gang, tangga, gudang, garasi
Penerangan setempat untuk
pekerjaan-pekerjaan ringan (lobby dan sebagainya)
Penerangan
umum
|
1000 lux
100 lux
500 lux
250 lux
500 lux
250 lux
500 lux
250 lux
|
500 lux
50 lux
250 lux
125 lux
250 lux
125 lux
250 lux
125 lux
|
1 comment:
wah ini sip infonya,boleh minta filenya?
Post a Comment