Download filenya DISINI
Bagi yang ingin semua nya lengkap dengan setiap gambarnya dan rapi, bisa menghubungi saya melalui email.
DAFTAR
ISI
ABSTRAK...........................................................................................................
KATA PENGANTAR ...........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................
1.2 Permasalahan ................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian/Penulisan .............................................................
1.4 Batasan Masalah ............................................................................
1.5 Sistematik Penulisan ......................................................................
BAB II PEMBUMIAN ........................................................................................
2.1 Dasar Pembumian ..........................................................................
2.2
Pemilihan Sistem Pembumia ...........................................................
2.2.1 Sistem Yang Tidak Dibumikan ................................................
2.2.2 Rele Gangguan Tanah ............................................................
2.2.3 Pengaruh Metode Pembumian Pada
Bedarnya Tegangan
Dinamis Yang amengenai
Alat-alat Proteksi surja ......................
BAB III TEORI
GELOMBANG BERJALAN PADA HANTARAN UDARA
TEGANGAN
TINGGI .............................................................................
3.1 Sumber-sumber
Gelombang Berjalan ...............................................
3.2 Bentuk dan Spesifikasi Dari Gelombang
Berjalan..............................
3.3 Ekspresi Matematika Dari Gelombang
Berjalan.................................
3.3.1 Puncak dan Ekor....................................................................
3.3.2 Panjang Gelombang...............................................................
BAB IV
PELINDUNGAN SALURAN TRANSMISI .................................................
4.1 Kawat
Tanah Udara (Overhead Ground Wire) ...................................
4.1.1 Sambaran Tak Langsung (Induced Stroke) ...............................
4.1.2 Sambaran Langsung Pada Menara ...........................................
4.1.3 Efek Tahanan Kaki Menara ......................................................
4.1.4 Efek Bentuk Gelombang .........................................................
4.1.5 Sambaran Pada Pertengahan Dua Menara
(Midspan) ................
4.1.6 Representatif Tegangan Untuk Sambaran Pada
Menara
Dinyatakan Dalam Arus
I dan Arus Kilat I°/2 ..............................
4.1.7 Perlindungan Gardu Induk .......................................................
4.2 Akibat Perlindungan Kawat Tanah ...................................................
4.3 Kegagalan Perlindungan ................................................................
4.4 Contoh Perlindungan Menetukan Sudut
Perlindungan Pada Jaringan
Transmisi Tegangan Tinggi.............................................................
BAB V KESIMPULAN
......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
LAMPIRAN ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada akhir abad ke-19 sistem tenaga listrik
dibumikan. Hal ini dapat dimengerti karenapada waktu itu sitem-sistem tenaga
listrik masih kecil, jadi bila ada gangguan kawat bumi arus gangguan masih
kecil (± 5 A). Pada umumnya bila arus gangguan itu sebesar 5A atau lebih kecil
busur listrik yang timbul pada kontak-kontak antara kawat yang terganggu dan
bumi masih dapat padam sendiri (Self Extinguishng). Tetapi sistem-sistem tenaga
itu makin lama makin besat\r baik panjangnya maupuan tenaganya. Dengan demikian
arus yang timbul bila terjadi lagi gejala-gejala “Arching Grounds” semakin
menonjol. Gejalan ini sangat berbahaya karena akan menimbulkan tegangan lebih
transient yang dapat merusak alat-alat.
Oleh karena itu mulai abad-20, pada saat
sistem-sistem tenaga mulai besar sistim-sistem itu tidak lagi dibiarkan
terisolasi (Isolated) yang dinamakan system delta tetapi titik netral system
itu dibumikan mulalui tahanan atau reaktansi. Pembumian itu umunya dilakukan
dengan menghubungkan netral transformator ke bumi.
Pada umumnya di Indonesia , memakain jaringan
transmisi tegangan tinggi. Indonesia
yang terletak pada daerah khatulistiwa, jumlah hari guruh sangat tinggi. Di
pulau Jawa jumlah hari buruh berkisar antara 90 – 200an. Sumber ganguan yang
paling besar disalurakan transmisi adalah gangguan sambaran kilat dan kemudian
menyusul kaarena gangguan alam lainnya.
1.2
Tujuan Penelitian/Penulis
Tujuan dari skripsi ini adalah untuk
memperoleh pemahaman yang jelas m di engenai perhitungan pelindungan pada
jaringan transmisi tegangan tinggi. Dan pada gilirannya penulis ini juga untuk
memenuhi syarat kelulusan/pencapaian gelar sarjana.
1.3
Batasan Masalah
Penulisan hanya ingin membicarakan mengenai
pengaman pendukung jaringan transmisi tegangan tinggi seperti pembumian untuk
penyaluran daya yang berlebih akibat yang ditimbulkan sambaranpetir mengenai
kawat tanah udara (Overhead Ground Wire) sebagai pelindung(Shielding) jaringan
transmisi tegangan tinggi.
Penggunaan kawat tanah ditujukan untuk
pengaman mengenai kawat fasa. Disini kawat tanah berfungsi sebagai pelindung
(Shielding), energi sambaran kilat akan dialirkan kedalam bumi melalui tiang
atau menara yang dibumikan setelah lebih dahulu ditangkap oleh kawat tanah
tersebut.
Kita telah mengetahui bahwa kilat merupakan
aspek gangguan yang berbahaya terhadap seluran transmisi yang menggagalkan
keandalan dan keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindarkan, sedangkan
alat-alat pengaman seperti : Arester, Fuse Gap dan Rodgap terbatas kemampuannya
maka untuk mengurangi akibat yang di timbulkan sambaran petir digunkanla kawat
tanah udara (Overhead Ground Wire) sehigga koordinasi isolasi akan lebih
ekonomis.
1.4
Sistematik Penulisan
Adapaun sistematik penulisan yang penulis
lakukan adalah sebagai berikut :
BAB
I. Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, batasan
masalah, tujuan pembalian data, metode pengambilan data dan sistematik penulis.
BAB
II. Pembumian
Bab ini berisi tentang dasar pembumian,
pemulihan sistem pembumian, sistem yang tidak dibumikan, ground fault reaying,
serta pengaruh metode pembumian pada besarnya tegangan dinamis yang mengenai
alat-alat proteksi surja.
BAB
III. Teori Gelombang Berjalan Pada
Hantaran Udara Tegangan Tinggi
Pada bab ini akan di jelaskan tentang sumber-sumber
gelombang berjalan, bentuk dan
spesifikasi dari gelombang berjalan, ekspresi matematis gelombang berjalan, cres dan tail dan juga penjelasan
tentang panjang gelombang.
BAB
IV. Pembahasan Pelindung Pada Saluran Transmisi
Didalam bab ini dibahas tentang kawat tanah
udara (Overhead Ground Wire), sambaran
tidak langsung, pada menara, efek tahanan kaki menara dan efek bentuk gelombang, serta sambaran pada
pertengahan dua menara, akibat pelindungan kawat tanah, contoh perhitungan
pelindung pada jaringan transmisi tegangan tinggi.
BAB
V Penutup
Pada bagian ini penulis akan mengambil
beberapa kesimpulan dan bab ini juga merupakan bab terakhir dari saluran
pembahasan.
BAB II
PEMBUMIAN
2.1 Dasar Pembumian
Tujuan pembumian pada dasarnya adalah :
- Ditujukan pada titik netral dan pembumian umum,
dimaksudkan untuk mengurangi besar tegangan lebih surja dan mengontrol besarnya
arus hubungan singkat.
- Pada sistem yang besar tidak dibumikan arus gangguan itu
relative besar ( > 5 A ) sehingga busur listrik yang timbul tidak dapat
padam sendiri, hal ini akan menyebabkan gejalan “Arching Ground”, pada sistem
yang dibumikan gejala tersebut hamper tidak ada.
- Untuk membatasi tegang-tagangan pada fasa-fasa yang tidak
terganggu (sehat).
Pada sistem-sistem dibawah ini 115 KV banyak
dipakai pembumian melalui Peterson Coil. Terutama di Eropa pembumian dengan
Peterson Coil itu telah dimulai sejak tahun 1990, sedangkan Amerika SErikat
baru dimulai sejak 1930-an.
Pada sistem yang tegangannya lebih besar (115
KV keatas) ada kecenderungan dengan pembumian tanpa impedansi (Solid Grounding)
atau (Effektive Grounding).
Yang dimaksud dengan Effektive Grounding adalah pembumian dimana perbandingan antara
reaktansi urutan positif lebih kecil atau sama dengan tiga, dan perbandingan
tahanan urutan nol dan reaktansi urutan positif lebih kecil atau sama dengan
satu (X0/X1≤3;X1≤1)
- Sistem 30 KV dan 70 KV dengan Peterson
Coil.
- Sistem 150 KV dengan pembumian langsung.
Sistem
30 KV dan 70 KV sampai sekaranf merupakan bagian terbesar dari seluruh system.
2.2 Pemilihan Sistem Pembumian
Pemilihan
system pembumian didasarkan atas factor.
- Selektivitas
dan Sensitivitas Ground Fault Relaying
- Pembatasan
arus gangguan tanah
- Tingkat
yang di perlukan dari proteksi tegangan surja Arrester.
- Pembatasan
tegangan lebih Transien.
2.2.1 Sistem Yang Tidak Dibumikan
Sistem
yang tidak dibumikan adalah sistem dimana tidak terdapatnya hubungan yang tidak
disengaja antara konduktor sistem tersebut dengan tanah. Sistem ini telah
banyak di tinggalkan orang karena tidak sesuai dengan kondisi-kondisi yang
diinginkan.
2.2.2 Rele Gangguan Tanah (Ground Fault
Relaying)
Rele
gangguan tanah akan berhasil dengan baik, tergantung dari besarnya arus
gangguan ketanah. Sistem yang netralnya di bumikan dengan reaktansi. Pada umumnya
arus gangguan tanah besarnya berada pada batas-batas (25%-100%) dari arus
gangguan 3 fasa sistem yang dibumikan sistem yang dibumikan dengan tahanan,
arus gangguan tanah besarnya 10%-25% dari gangguan 3 fasa.
Pada
umunya kesuksesan dari rele gangguan tanah diperoleh bila arus gangguan tanah
lebih besar dari 10% arus gangguan tanah.
Untuk
sistem yang dibumikan melalui tahanan yang besa atau melalui Peterson Coil akan
mempunyai arus gangguan kebumi yang sangat kecil.
Khusus
untuk Peterson Coil biasanya dilengkapi dengan alat untuk menghubung langsung
titik netral ke bumi pada waktu terjadinya gangguan yang permanent, dengan
tujuan untuk memperbsar arus gangguan ke bumi dengan demikian rele anah yang
konvesional dapat bekerja.
2.2.3
Pengaruh Metode Pembumian Pada Besarnya Tegangan Dinamis Yang Mengenai
Alat-Alat Proteksi Surja.
Menurut
Amaerika Istitute OF Electrical Engineers (AIEE) Commite Report atau laporan
komite, Lighting Arrester dibagi atas dua kelompok, yakni “Arrester tipe
dibumikan dari Arrester tipe yang dibumikan”
Arrester
tipe dibumikan dapat dipergunakan bila arus gangguan 1 fasa ke bumi tidak
kurang 60% dari arus gangguan 3 fasa. Kondisi diatas akan dipenuhi bila system
dibumikan secara efektif (Effective Grounding) atau X0/X1≤3.Sedang
Arrester tipe tidak dibumikan digunkan bilamana arus gangguan 1 fasa kurang
dari 60% dari arus gangguan 3 fasa Lighting Arrester adalah alat yang sensitife
terhadap tegangan dan hubungan antara kawat fasa dan bumi, maka tegangan
dinamis pada Arrester tersebut tidak boleh melampaui nilai tegangan untuk
segala keadaan operasi sistem.
Tegangan
dinamis kawat fasa ke bumi dari suatu sistem 3 fasa akan menjadi tidak seimbang
dalam keadaan gangguan tanah, dan besarnya tegangan ini tergantung dari kondisi
sistem pada saat terjadinya gangguan dan besarnya impedansi pembumian.
BAB III
TEORI GELOMBANG
BERJALAN
PADA HANTARAN UDARA
TEGANGAN TINGGI
Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi
telah disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih dalam 1930-an.
Persoalan gelombang berjalan ini sangat
sukar, sehingga harus diadakan banyak penyederhanaan supaya dapat dipergunakan
untuk keperluan teknik pada saat ini gelombang berjalan telah diselidiki pada :
- Kawat Tunggal
- Kawat Majemuk
- Kecepatan
mejemuk dari gelombang berjalan
Begian terbesar dari suatu mengenai gangguan
pada system ialah teori gelombang berjalan, yaitu mengenai sumber gelombang,
karakteristik serta keadaan pada titik peralihan dari transmisi.
3.1 Sumber-Sumber
Gelombang Berjalan
Sampai saat ini sebab-sebab dari gelombang
berjalan yang di ketahui ialah :
- Sambaran kilat
secara langsung pada kawat fasa
- Sambaran kilat
tidak langsung pada kawat fasa (Induksi)
- Operasi hubung
(Switching Operation)
- Gangguan-gangguan
pada sistem oleh berbagai kesalahan
- Tegangan stady
state
Semua macam sebab-sebab ini menimbulkan seya
(surge) pada kawat fasa disebebkan oleh kelebihan energi secara tiba-tiba pada
kawat. Energi ini merambat pada kawat fasa, sama halnya seperti kita
melemparkan baru pada air yang tenang pada sebuah kolam. Energi yang merambat
ini terdiri dari arus dan tegangan. Kecepatan merambat gelombang berjalan
tergantung dari konstanta-konstanta kawat fasa. Pada kawat hantaran udara,
kecepatan merambat ini kira-kira 1000ft/µ sec, jadi sama dengan kesepatan
cahaya. Pada kebel tanah kira-kira 500 ft/ µ sec.
Dengan sendirinya segala macem diskontinuitas
pada transmisi tidak mempunyai efek pada gelombang, sebelum gelombang
mencapainya. Tetapi bila gelombang mencapai titik peralihan, terjadi perubahan
gelombang sehingga terdapat sedikit perbedaan dengan gelombang semula.
Kecepatan Merambat
Apabila suatu gelombang energi listrik
merambat sepanjang kawat fasa dengan konstanta L dan C, maka gelombang tegangan
dengan arus merambat dengan kecepatan yang sama. Kedua besaran ini dihubungkan
oleh suatu factor proposional yaitu karakteristik fasa itu.
Gambar 3.1 Kawat Transmisi dengan batere
Bila gelombang tegangan E sampai pada titik a, maka arus
yang bersamaan dari tegangan itu akan mengisi kapasitor C pada tegangan E.
Muatan yang dibutuhkan untuk menaikan
tegangan pada satu satuan panjang dama dengan CE.
Bila kecepatan merambat gelombang itu v
cm/detik, maka jumlah muatan yang dibutuhkan untuk mengisi kawat sepanjang v cm
tiap detik sama dengan C E v.
Muatan ini diberikan oleh arus uniform yang
mengalir pada kawat, dan memberikan muatan C E v dalam satu detik dibutuhkan
arus sebesar :
I
= C E v .................................................................................................. (3.1)
Bila gelombang itu merambat
sejauh x cm, maka energi elektrostatik pada bagian ini (x cm) ialah:
Wc
= ½ C x E2 ......................................................................................... (3.2)
Bila L sama dengan
induktansi kawat per cm, maka dalam waktu yang sama, energi elektromagnetik
pada kawat sepanjang x itu :
WL = ½ L x I2 ........................................................................................... (3.3)
Dimana :
Wc = Energi elektrostatik
WL = Energi
elektromagnetik
C =
Kapasitor
L =
Induktansi
E =
Tegangan batere
I =
Arus yang mengantar pada kawat fasa
Satu-satunya sumber energi disini batere.
Bila dibutuhkan waktu t entuk merambat sepanjang x cm,
v
= x / t .................................................................................................... (3.4)
Energi
yang diberikan oleh batere
We = E I t
We = Wc + WL
Jadi : E I t = ½ C x E2 + ½ L x I2
E I = ½ C v E2 + ½ L v I2
2
v = .................................................................................................... (3.5)
CE/I+LI/E
Dari, I = C E v
E I
=
I CV
Substitusikan,
diperoleh
2
v =
I / v + L C v
I
v = atau
LC
1
v = ±√...................................................................................................... (3.6)
LC
Kedua harga + v dan – v berlaku, yaitu
v positif = gelombang maju
v negative = gelombang mundur
Untuk
kawat hantaran udara jari-jari r dan tinggi h diatas tanah, mempunyai harga
induktansi dan kapasitas masing-masing:
1 2h
L = +
10 -9 Henry / cm................................................................. (3.7)
2 r
Faktor ½ yang ditimbulkan pada induktansi
persamaan (3.7), disebabkan oleh adanya fluks didalam kawat (Internal Flux(,
dengan pemisahaan distribusi arus merata. Tetapi pada gelombang berjalan, “Transient
Skin Effect” sangat besar, sehingga arus berkumpul pada permukaan kawat. Dengan
demikian internal fluks lingkup sangat kecil dan dapat diabaikan, menjadi :
2h
L = 2In
10 -9
Henry / cm ………………………………………………………(3.8)
2
10-11
Dan kapasintasinya
: C = Farad / cm
............................................(3.9)
2h
18In
r
jadi dengan mensubtitusi persamaan (3.8) dan (3.9)
kepersamaan (3.6) akan diperoleh kecepatan gelombang berjalan sebesar :
v = 3.10 10 cm / detik ............................................................................... (3.10)
Dari
persamaan (3.10) terlihat bahwa kecepatan gelombang berjalan pada kawat
hantaran udara adalah sama dengan kecepatan cahaya dalam hampa udara.
Sedangkan
untuk kabel konduktor padat dengan jari-jari (r) dan isolasi pembungkus
berjari-jari (R) serta permitivitas (ε) :
R 1 r2 r4 r6
L = 2 (In + - + + ) 10 -9
r 2 3R2
12R4 60R6
Tetapi
fluks lingkup dalam dapat diabaikan, karena r jauh lebih kecil dari R maka
r2
faktor
dan seterusnya dapat diabaikan, maka akan didapat :
3R2
R
L = 2.10-9 In (Henry/cm) ...................................................................... (3.11)
r
ε.10 -11
C = (Farad/cm) ........................................................................... (3.12)
R
18
In
r
Jadi
kecepatan merambat pada kabel adalah :
3.10
v = cm /detik .................................................................................... (3.13)
√ ε
Untuk kabel-kabel yang tersedia umumnya ε –
2.5 – 4 jadi kecepatan merambat dalam kabel kira-kira ½ sampai 2/3 kecepatan cahaya.
3.2 Bentuk dan
Spesifikasi dari Gelombang
Bentuk umum suatu gelombang berjalan digambar
sebagai berikut :
Gambar 3.2 :
Spesifikasi gelombang
a. Spesifikasi gelombang berjalan
b. Muka dan ekor gelombang
Spesifikasi dari suatu gelombang berjalan :
- Tegangan puncak
(Crest) dari gelombang, E (KV), yaitu amplitude maksimun dari gelombang.
- Muka gelombang
(Front), t1 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai
puncak. Dalam praktek ini diambil dari 10% E samapi 90%E, lhat gambar
3.2b.
- Ekor gelombang
(Tail) yaitu bagian kebelakang puncak. Panjang gelombang (Lengght) t2
(mikrodetik) yaitu waktu dari permulaan sampai titik 50% E pada tail.
- Polaritas
(Polarity) yaitu polaritas dari gelombang positif atau negative. Suatu
gelombang berjalan (surja) dinyatakan sebagai berikut :
E, t1 x t2
Jadi suatu gelombang dengan polaritas
positif, crest = 1000 KV, front 3 mikrodetik, dan panjang 21 mikrodetrik
dinyatakan sebagai : + 1000, 3 x 21.
3.3 EKspresi
Matematis Gelombang Berjalan
Ekspresi dasar dari gelombang berjalan secara
matematis dinyatakan dengan persamaan dibawah ini :
e (t) = E (e –at – e –bt)
E, a
dan b adalah konstanta.
Dari
variasi a dan b dapat dibentuk berbagai macam bentuk gelombang yang dapat
dipakai sebagai pendekatan dari gelombang berjalan, misalkan :
a.
Gelombang persegi yang sangat panjang :
a. =
0
b =
∞
e =
E
b Gelombang eksponsial
a =
∞
e =
E e-at
c.
Gelombang dengan muka linier
a =
0
b 0 bE terbatas (Finite)
E
∞
e = E (1 – e –bt) / b = E (bt – b t / 2 + ……)
=(bE)t
d. Gelombang Snus Teredam
a. = α – jw
b = α + jw
E = E0 / 2 j
e = E / 2j e –α t (e jwt –
e –jwt)
= E e–α tsin wt
e
Gelombang
kilat tipikal
a
b Terbatas serta riil
c
Bentuk-bentuk gelombang yang lain
dapat dimisalkan sebagai kombinasi dari bentuk-bentuk diatas.
Gambar.
3.4 Gelombang Kombinasi
Gelombang
persegi yang sangat panjang sering digunakan dalam mengitung gelombang berjalan
terhadap keamanan sistem, kerena gelombang seperti ini paling berbahaya bagi
peralatan. Kecuraman gelombang akan menyebabkan gradient yang maksimun
sedangkan ekor yang panjang menyebabkan osilasi maksimun pada belitan kumparan
mesin.
Gangguan
kilat tipikal merupakan bentuk yang paling mirip dengan bentuk gelombang surja
petir(Lighting surge) yang dilihat pada osiloskop. Bentuk gelombang ini
tergantung dari a dan b, sebaliknya bila spesifikasi gelombang diberi a, b, dan
E dapat dicari.
Bila
E, a, b, diketahui dapat ditentukan puncak, muka, dan panjang gelombang itu.
3.3.1 Puncak dan Ekor (Crest dan Tail)
Crest
terjadi pada saat t = t1, yaitu waktu untuk mencapai tegangan puncak
d e t
E (-a e-at – b e –bt)
= 0
dt
ae –at1 = be -bt1
Maka
In b / a In b / a
t1 = = 1/a = B / a.............................................. (3.14)
b – a
b / a – 1
dan
E puncak = E (e-B
– e Bb/a) ............................................................................... (3.15)
3.3.2
Panjang Gelombang
Waktu sampai ½ puncak = t2
E puncak /2 = E (e –Bt2/t1
– e –bt2)
= E (e –Bt2 / t1 –
e (b/a)Bt2/t1)
½ E (e-B – e-Bb/a)
= E (e Bt2/t1 – e-(b/a)Bt2/t1)
Persamaan
ini menyatakan hubungan antara t2/t1 untuk berbagai
tertentu dari b/a. Tetapi karena persamaan ini transcendental, maka untuk
mencari t2/t1 karena dengan jalan mengisi harga-harga
tertentu (membuat grafik) atau dengan jalan pendekatan.
Grafik
yang dipergunakan dibawah ini :
Gambar.
3.5 Grafik Panjang Gelombang
Grafik
ini menunjukan hubungan-hubungan :
at1
sebagai b/a dari persamaan (3.11) E erest / E sebagai b/a dari
persamaan (3.15) t2/t1 sebagai fungsi b/a dari persamaan
(3.16).
Contoh
penggunaan grafik untuk menetukan
konstanta-konstanta a, b, dan E, untuk gelombang + 1000, 3 x 21 : t2/t1
= 7. Dari lengkungan t2/t1 didapat b/a = 28.5,
Selanjutnya dari b/a ini didapat at1 = 0,122/3 = 0,28
Jadi
: a = 0,122/t1 = 0,122/3 =
0,041
b = 28,5 a = 28,5 x 0,041 = 1,15
E = E1/0,825 = 1000/0,825 = 1175
Gelombang
tersebut adalah
E =
1175 (e-0,041 – e-1,151)
BAB IV
PELINDUNG SALURAN TRANSMISI
Seperti
kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap
saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan system tenaga
dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat pengaman seperti, arrester,
fusegap dan rodgap terbatas kemampuanya, maka untuk mengurangi akibat yang
ditimbulkan digunakan kawat sehingga koordinasi isolasi akan ekonomis .
Penggunaan
kawat tanah di tujukan untuk pengaman saluran transmisi terhadap sambaran
kilat. Khususnya sambaran langsung mengenai kawat fasa. Disini kawat tanah
berfungsi sebagai perisai. Energi sambaran kilat akan dialirkan ke dalam tanah
melalui menara atau tiang yang ditanahkan oleh tanah tersebut.
Diantara
pertimbangan-pertimbangan yang diambil dalam perancangan pemeriaian saluran
transmisi adalah letak kawat tanah terhadap kawat fasa. Karena kawat tanah
harus diletakkan sedemikian rupa, maka sembaran-sambaran kilat terpusat pada
kawat tanah saja sehingga persentase kecil saja pada kawat fasa.
4.1 Kawat Tanah UDara (Overhead Ground
Wire)
Kawat
tanah udara adalah kawat konduktor, st atau AsCR ditempatka diatas kawat-kawat
fasa. Mulanya kawat ini dimaksudkan sebagai proteksi terhadap induced stroke
(induksi yang disebabkan oleh sambaran kilat disekitar kawat transmisi, jadi
sambaran tidak langsung). Akan tetapi kemudian ternyata dari praktek maupun
teori sebagi utama yang menimbulkan gangguan adalah sambaran langsung atau
direct stroke.
4.1.1 Sambaran Tak Langsung (Induced
Stroke)
Ketika
arus listrik melalui awan jatuh kebumi, arus listrik tersebut menginduksi
ditanah terhadap pengkutuban yang berlawanan dengn awan itu (Gambar.4.1).
Bentuk
kawasan awan tersebut terhadap menyebar dan menutup sebagian permukaan tanah,
permukaan tanah yang tertutup itu lebih besar dari pada permukaan awan itu
sendiri. Dasar bagian bawah dari pada awan itu biasanya bersifat negatif, jadi
induksi arus listrik di bumi biasanya bersifat positif. Jika kawat transmisi
merupakan suatu garis pemisah antara permukaan awan dan tanah, arus listrik
akan kelihatan di permukaan garis konduktor dan kawat tanah.
Gambar
4.1. Daerah awan dan batasan dari anah dan jaringan transmisi
Kumpulan
arus listrik pada garis konduktor disebabkan oleh kebocoran sekliling isolator
dan perputaran dari pada konudktor diluar pengaruh awan. Arus listrik lebih mudah mengumpul diatas kawat
tanah dengan perpindahan tegak lurus terhadap menata dari tanah.
Jika sambaran yang berasal
dari awan mengenai tanah dekat garis pemisah, daerah awan akan runtuh pada
waktu tertentu dan lompatan arus listrik digaris konduktor dan bebas bergerak
berlawanan arah, membentuyk putaran gelombang mungkin berakhir membentuk
dataran aliran arus (Gambar 4.2).
Gambar.
4.2. Induksi tegangan di jaringan transmisi dengan keruntuhan daerah awan.
Arus
listrik pada bawah kawat tanah berbatasan dengan menara-menara dan pada garis
konduktor bergerak sangat cepat dan menghilangkan secara brangsur-angsur di
corona serta kehilangan muatan. Tegangan listrik muncul digaris abtas
tergantung kepada perbandingan (ukuran) dari pada keruntuhan daerah awan dan
kapasitas kemampuan ruangan antara jaringan dan tanah, kalau circuit tanpa
kawat-kawat tanah udara, dan kalau terjadi keruntuhan daerah awan pada waktu
nol, tegangan listrik di konduktor akan sebanding dengan peningkatan potensial
gradien dari pengadaan pembesaran ketinggian awan dari pada kawat tanah udara
diatas permukaan tanah menambah kekautan penghantar dibumi, dan dengan
peningkatan awan yang banyak mendatangkan lingkaran cahaya, kapasitas
selanjutnya bertambah sebab efektif diameter tanah bertambah dengan lingkaran
cahaya.
Gambar.4.3. Induksi potensial diantara konduktor dan tanah
dekat stroke dari awan ke tanah. Didalam diagram terbuka digambarkan jaringan
konduktor., dan lingkaran hitam kawat tanah udara.
Gambar
4.3. menunjukkan induksi tegangan listrik antara penghantar dan tanah untuk
perbedaan gradien awan dan tanpa kawat tanah, untuk jaringan diatas ketinggian
tanah dan jarak antara konduktor dari pada rata-rata jaringan tegangan tinggi.
Perbandingan
perhitungan-perhitungan tegangan dari konduktor dengan proteksi kawat tanah
dengan perbandingan tegangan yang ada pada konduktor tanpa proteksi kawat
tanah.
Gambar
4.3. Menunjukkan perbandingan pengaman kira-kira 0,25 untuk bagian dalam
konduktor, apabila dalam perbandingan perhitungan lingkaran cahaya.
Gambar 4.4. Menghitung harga
dari puncak tegangan induksi pada jaringan transmisi dekat stroke,
menggambarkan dari arus stroke, jarak saluran dari arus stroke, jarak saluran
darai ketinggian konduktor
Tegangan
menghasilkan keseimbangan ketinggian dari konduktor jaringan transmisi puncak
dari arus listrik kepada sambaran ke tanah dan ajrak dari saluran sambaran.
Gambar
4.4. memberikan perhitungan tertinggi dari pada penginduksian arus listrrik
yang bergelombang pada sebuah konduktor yang tidak dilindungi oleh kawat tanah
udara dan berfungsi sebagai sambaran arus, jarak dari aliran samabran dan
ketinggian dari pada penghantar. Perhitungan pada kurva seperti terlihat
pada Gambar 4.4. dapat diketahui
kecepatan arus listrik bolak-balik untuk perbedaan arus listrik pada suatu
tempat sebagai berikut : 0-50.000 ampere 120 kaki per us; 50.000-10.000
amperes, 400 kaki per us.
Gambar
4.4. memperlihatkan keadaan yang kurang baik dari pada gambar arus yang tinggi,
susunan transmisi yang tinggi dan sambaran kepermukaan tanah dekat susunan
transmisi, puncak tegangan yang pertama pada ukuran 1000 KV mungkin dapat
menginduksi dibawah konduktor. Pengurangan isi dapat terlihat jika kawat-kawat
tanah udara yang melalui udara dapat dikurangi.
4.1.2.
Sambaran
Langsung Pada Menara
Untuk
sambaran langsung, kawat tanah melindungi (shileding) kawat fasa, dan untuk
memperoleh perlindungan yang baik kedudukan kawat tanah harus memenuhi beberapa
persyaratan yang penting.
a. Kawat
tanah harus cukup tinggi diatas kawat fasa dan diatur sedemikian rupa agar
dapat mencegah sambaran pada kawat-kawat fasa.
b. Pada
tengah gawang kawat tanah harus mempunyai jarak yang cukup di atas kawat fasa
untuk mencegah terjadinya loncatan sebagian pada waktu yang diperlukan untuk
gelombang pantulan negatif dari menara kembali ke tengah gawang dan ini akan
mengurangi tegangan pada tengah gawan.
c. Tahanan
kaki menara harus cukup rendah untuk membatasi tegangan pada isolator agar
tidak terjadi loncatan api pada isolator.
d. Bila
dipakai untuk proteksi terhadap gardu induk, kawat tanah harus cukup panang
sehingga surja yang masuk dapat diredam
sampai harga yang tidak berbahaya sewaktu mencapai gardu induk
Sambaran
langsung merupakan sebab utama dari gangguan yang disebabkan oleh kilat.
Bila
sambaran mengenai menara transmisi, arus yang besar sekali mengalir ke tanah
dan sepasang gelombang berjalan merambat pada kawat tanah.
Untuk
memudahkan perhitungan, untuk sementara impedansi surja menara dapat diabaikan dan diasumsikan menara
dibumikan melalui tahanan yang konstan R.
Gambar
4.5. menunjukkan sambaran kilat dengan impedansi surja z ke menara, pada keadaan ideal.
Gambar
4.5. Gelombang berjalan pada kawat tanah yang disebabkan oleh kilat
Gelombang
e1 merambat pada kawat tanah, dan gelombang induksi ek
merambat pada kawat fasa.
Misalkan
:
Z = impedansi surja dari kilat (ohm)
Z11 = impedansi surja sendiri dari kawat equivalen
Zkk = impendansi suya sendiri
Zlk = impedansi
surja bersama antara kawat tanah
equivalen dengan kawat fasa k
e = gelombang pantulan
sambaran kilat (volt)
e` = gelombang pantulan pada kanal sambaran kilat
e1 = gelombang
datang pada kawat tanah
ek = gelombang
datang pada kawat fasa k
R = tahanan kaki menara
(Ohm)
l = arus menara (A)
Karena
tidak ada arus yang mengalir dari menara ke kawat fasa,
Maka
: e + e` Rl + e1................................................................................. (4.1)
i +i` = 2 i1
+ 1........................................................................... (4.2)
dimana,
I = e/Z; i` = -e/Z : i1 =e1/Z11
substitusi
harga-harga tersebut pada (4.2)
e/Z – e`/Z =2 e1/Z11
+ e1/R......................................................... (4.3)
atau
e1 (l/R+Z/Z11+l/Z)=2e/Z
Jadi,
....................................................... (4.4)
Gelombang
mula pada kawat fasa k ialah :
................................................................ (4.5)
Ketika
gelombang e1 dan ek mencapai menara berikutnya,
direfleksikan dan relaksikan. Sekarang ditinjau suatu sistem n kondukor dengan
m kawat tanah pada suatu menara yang ditanahkan melalui tahanan R.
Gambar. 4.6. Sistem kawat
banyak
Untuk
saluran konduktor berlaku
ek
+ ek = e”k k=
1,2,................. n.......................................... (4.6)
Karena
kawat-kawat tanah terikat pada menara, maka
e”1=e”2................... = e”m
= Rl.......................................................... (4.7)
Jadi,
ek – e`k
– ek = ek – e`k – (ek +
e`k) = -2 e`k........................................... (4.8)
dan
e`k= e”k
– ek = e”k – ek+ (e1 + e`1)
– ek untuk k < m ............................ (4.9)
pada
kawat fasa berlaku,
ik
+ l`k – i"k = 0 untuk k > m......................................... (4.10)
sedangkan,
ik
= Ylk e1+
………….+Ykk ek............ …………..+
ynk en
= untuk
K > m
Analog
i"k = untuk
k > m........... (4.11)
I”k = untuk
k > m
Subsitusikan
*4,11) dalam (4.10), menjadi :
untuk k >
m ...................................... (4.12)
Dengan
memisahkan diatas serta memasukkan (4.8) didapat :
untuk k > m ...................................... (4.13)
Dengan
(4.9) persamaan (4.13) menjadi :
...................................... (4.14)
Atau,
=
Bila
r = 1, maka Ykl (e1 – e1) = 0, jadi :
untuk k
> m......... (4.15)
Dari
hukum kirchoff (pada kawat tanah) dan (4.7)
(il
+ i`l + i”l)+ …..+(im +
i`m + i"m) =l = e”l/R...................................................... (4.16)
Karena
ik
+ i`k – i"k = untuk k <
m......................................... (4.17)
Maka
(4.16), menjadi :
=
=
= l
= ........................................................................ (4.18)
Persamaan
(4.15), (4,18) melengkapi (n – m + l) persamaan simultan untuk (e”l,
e’m + l……., e’n) pada kawat tanah
dan tidak tergantung dari incident wave, (el,……em_ pada
kawat tanah dan tidak tergantung dari indicent wave pada kawat fase.
Karena
e’l telah didapatm gelombang-gelombang pantulan dan
terusan dapat dicari dari :
e"1
= e”2 = e”m = e1 + e’1
Jadi
e'2 =
e”2 – e2 = (e1 + e’1)
– e’2
(4.19)
e'm
= e”m – em = (e1 + e’m)
Bila
hanya ada satu kawat tanah, atau m kawat tanah diganti dengan satu kawat tanah
equivalent, maka (4.18) dan (4.13) mengambil m = 1 dapat disederhanakan
Y11 e’1
+….+ Y1n e’n =
Y21
e’1 +….+ Y2n e’n = 0........ (4.20)
………. …….. …….. ….
Ynl
e’1 +….+ Ynn e’n = 0
Maka,
e'k
= (4.21)
tetapi
(4.22jadi
Jadi
(4.21), menjadi,
................................................................... (4.22)
Untuk
k = l,
e'1 2R
= -Zll (el + e’l)
e’1 (2R - Z11)
= -Z11 (e1 + e’1)
e’1 = ............................................................. (4.23)
.................................................. (4.24)
Untuk kawat fasa,
............................................................. (4.25)
e"k
= ek + e’k = ek + c e1.................................................................. (4.26)
Jadi seluruh gelombang
pantulan dan terusan hanya tergantung dari e1. Bila gelombang mula
mencapai menara yang lain, mereka pantulkan dan diteruskan menurut persamaan
(4.23) – (4.26). Gelombang pantulan yang sampai ke menara pertama dari titik
pantulan, dipantulkan kembali. Dan proses ini akan terjadi berulang-ulang
seperti di gambarkan pada Gambar 4.7
Gambar 4.7. Gelombang
refleksi dan refraksi pada kawata tanah
Gelombang pantulan yang
datang dari kanan ke menara 1 adalah a e1, dan dipantulkan pada
menara tersebut. Koefisien pantulan dapat diperoleh dengan memparalelkan Z, R,
dan Z11 Lihat Gambar 4.7
Gambar. 4.8. Rangkaian
Rkivalen untuk gelombang pantulan dari kanan
Koefisien
pantulan adalah :
= ................................................... (4.27)
Koefisien
terusan pada menara 1 adalah :
........................................... (4.28)
Jadi gelombang yang
merambat ke kanan atau ke kiri dari menara 1 merupakan posisi dari gelombang
refleksi dan gelombang refraksi pada menarai 1,
.................................................... (4.29)
Untuk gelombang pada
kawat fasa
........................................ (4.30)
Bila diperhatikan
persamaa-persamaan diatas, terlihat bahwa hasil yang sama akan diperoleh bila
kilat tersebut mempunyai surja Z, menara pertama dibumikan melalui tahanan R,
dan kawat fasa serta kawat tanah hanya menuju satu jurusan dari menara 1
(Gambar 4.9).
Gambar. 4.9. Rangkaian
Ekivalen circuit dari gambar 4.5
4.1.3.
Efek
Tahanan Kaki Menara
Tahanan
kaki menara yang rendah mempunyai lima
kebaikan :
1. Mengurangi
tegangan kawat tanah
2. Mengurangi
tegangan kawat fasa
3. Mengurangi
tegangan apa isolator
4. Membatasi
gangguan pada jarak yang kecil
5. Memperpendek
lama terjadinya tegangan yang berbahaya
Gangguan
yang menyebabkan sambaran langsung yang
mempengaruhi kawat bukanlah sautu gelombang sederhana yang dirambatkan
sepanjang transmisi, melainkan gelombang yang timbul oleh pantulan berulang,
dan ini harus dibatasi pada jarak yang pendek serta harus cepat dibatasi.
4.1.4.
Efek
Bentuk Gelombang
Makin
panjang front gelombang serta makin rendah tegangan akan menyebabkan gelombang
pantulan yang timbul dan telah mulai memperkecil gelombang datang.
4.1.5.
Sambaran
pada Pertengahan Dua Menara (Midspan)
Bila
kilat menyambar kawat tanah pada midspan dimana R = dan flash-over tidak
terjadi, maka dari (4.4) dan (4.5),
untuk
kawat tanah............................. (4.31)
untuk
kawat fasa.............................. (4.32)
untuk
isolator................................... (4.33)
Tegangan-tegangan
tersebut tetap ada sampai reduksi oleh gelombang-gelombang refleksi dari
menara-menara.
Bila
panjang span dalam mikro detik adalah T, maka waktu tersebut harus melampaui
sebelum reduksi terjadi. Selama itu, flashover antara kawat tanah dan kawat fasa harus cukup jauh sehingga sparkover
voltage (tegangan tembus) tidak tercapai sebelum gelombang releksi tiba yang
akan mereduksi tegangan midspan itu.
4.1.6.
Repesentatif
Tegangan untuk Sambaran Pada Menara Dinyatakan dalam Arus I, dan Arus kilat I0/2
Dalam
bentuk menara I
Vg
= Vmenara = RI (g
= kawat tanah).............................. (4.34)
Vp
= RI = (p
= kawat fasa)............................... (4.35)
Visolator
=
Vg - Vp
= ....................................................... (4.36)
Umumnya,
sampai 0,3
Dari,
Visolator = (0,7 – 0,8) RI ....................................................... (4.37)
Dalam bentuk arus Kilat I0/2
Arus
kilat I0/2 adalah arus yang terjadi bila kilat menyambar pada titik
dengan tahanan tanah nol. Arus yang dilalukan tergantung pada impedansi
yang terhubung pada impedansi surja dari kilat itu sendiri. Sebagai contoh, bila
impedansi surja kilat Z (= 400 ohm) dimana gelombang arus = I0/2,
akan mengalir I0 pada titik dengan tahanan tanah niol.
Tetapi
bila arus kilat I0/2 ini mengenai menara impedansi suryanya – Z11
dan tahanan kakinya R, maka tegangan pda sambaran tersebut ialah :
e = I0/2.
Z (4.38)
maka
dari persamaan diatas, tegangan pada menara ialah :
= R’ I0 (4.39)
Dimana
R’ =
= tahanan ekivalen pada titik sambaran
Arus
pada thanan kaki menara (sebelum kedatangan gelombang pantulan dari menara yang
lain adalah :
I = (4.40)
4.1.7.
Perlindungan
Gardu Induk
Perlindungan
gardu induk terbagi dalam 2 bagian :
a. Perlindungan
terhadap sambaran langsung
b. Perlindungan
terhadap gelombang yang datang dari kawat transmisi
Perlindungan
terhadap sambaran langsung ialah dengan kawat tanah. Bila perlindungan ini
sempurna, maka yang perlu diperhatikan adalah gelombang yang datang dari kawat
transmisi.
Bila
kawat-kawat fasa cukup terlindung dari sambaran langsung, maka sumber gelombang
berjalan biasanya adalah lompatan api dari isolator, umumnya tegangan ini lebih
tinggi dari tingkat isolari dasar (ITD) dari peralatan gardu, tegangan lebih
iniharus dilakukan ke tanya oleh arrester atau alat-alat perlindungan lainnya.
Untuk
menghitung tegangan impuls pada gardu, didefenisikan dengan dua hal:
- Daerah bahaya atau vulnarable zone,
ialah jarak diluar kawat dimaan suatu gelombang surja dapat timbul dan membahayakan gardu.
- Indeks terusan gardu atau “station
refraction index” ialah ukuran dari perubahan puncak dan muka gelombang
yang dialaminya ketika memasuki gardu.
Panjang
dari bahaya merupakan fungsi dari :
- Redaman dan distorsi gelombang pada
saluran
- Indeks terusan dari gardu induk
Sedang
indeks terusan itu sendiri tergantung pada :
- Bentuk gelombang datang
- Karakteristik peralihan dari peralatan
gardu dan alat-alat perlindungan.
Sepanjang
perambatan pada kawat transmisi, gelombang mengalami redaman dan distorsi yang
disebabkan oleh korona, pengaruh kulit, resitivitas tanah, dan gendengan.
Selain itu, bentuknya juga dapat berubah karena pantulan ketika mencapai gardu.
4.2.
Akibat
Pelindung Kawat Tanah
Sebagai
akibat dari mengalirnya energi sambaran ke dalam tanah, maka tegangan lebih
yang timbul pada isolator saluran akan dapat dibatasi, dengan demikian
penembusan pada isolator dapat dibatasi. Untuk memperoleh hasil yang unik maka
penempatan kawat tanah haruslah memenuhi syart, antara lain :
1. Kawat
tanah harus cukup tinggi di atas fasa dan diatur sedemikian rupa agar dapat
mencegah sambaran langsung pada kawat-kawat fasa.
2. Pada
tengah gawang kawat tanah harus mempunyai kawat fasa untuk mencegah terjadinya
loncatan sebagian
3. Tahanan
kaki menara harus cukup rendah.
4.3.
Kegagalan
Pelindung
Mulai
tahun 1920-an telah banyak teori-teori, percobaan-percobaan dan
pengalaman-pengalaman dikemukakan para penyelidik mengenai fungsi kawat tanah
untuk melindungi kawat fasa pada saluran transmisi.
Pada
tahun 1960 Provoost mengemukakan suatu resume yang sangat baik mengenai peranan
kawat tanah. Berdasarkan teori itu Provoost menarik kesimpulan bahwa :
1. Untuik
sudut pelindung q <
180 perisaian kawat transmisi itu baik
2. Untuk
sudut pelindung 180 < q
< 300 kurang baik
3. Untuk
sudut pelindung q 300
jelek
Kemudian
konstenko, Poloroy dan Rosenfeld dalam tahun 1961 mengemukakan karangan yang
lebih menari lagi. Mereka menunjukkan bahwa jumlah gangguan kilat karena
kegagalan pelindung adalah sebagai fungsi dari sudut perisaian q dan tinggi menara ht
seperti terlihat dari relasi empiris persamaan (4.41)
....................................................................... (4.42)
Dimana
:
j = Hasil
bagi dari jumlah kilat yang menenai kawat fasa dan jumlah kilat yang mengenai
saluran transmisi.
q = Sudut
pelindung pada menara, derajat
ht = tinggi
kawat tanah pada menara, meter
Jadi jumlah gangguan karena kegagalan
pelindung,
NSF
= j NL
h.................................................................................. (4.43)
Pada waktu itu persamaan (4.42) dianggap oleh
sebagian besar insinyur saluran transmisi lebih unggul dari cara-cara yang
lain.
4.4.
Contoh
Perhitungan Menentukan Sudut Perlindungan Pada Jaringan Transmisi Tegangan
Tinggi
Besarnya
sudut perlindungan mempunyai hubungan-hubungan dengan tinggi menara, dimana
semakin tinggi menara transmisi semakin tinggi kemungkinan kegagalan
perlindungan.
Untuk
melindungi (mengurangi) kegagalan perlindungan ini, haruslah dipilih sudut
perlindungan yang kecil. Rumus yang dapat dipakai dalam menghitung sudut
perlindungan seperti persamaan :
q = arc tan ............................................................................... (4.43)
Dimana : h = jarak
antara kawat tanah dengan garis horizontal yang menghubungkan kawat fasa.
x = selisih antara panjang
cross arm kawat tanah dengan kawat fasa
q = sudut perlindungan
a. Perhitungan
sudut pelindung antara kawat tanah dengan kawat fasa R
x1 = 3,2 – 2,8 = 0,4 m
h1 = 5,22
m
q1 = arc
tan
q1 = arc tan
q1 = 4,380
b. Perhitungan
sudut pelindung antara kawat tanah dengan kawat fasa S
x1 = x2
= 0,4 m
h2 = 5,22
+ 4,38 = 9,6 m
q2 = arc
tan
q2 = arc tan
q2 = 2,390
c. Perhitungan
sudut pelindung antara kawat tanah dengan kawat fasa T
x1 = x2
= x3 = 0,4 m
h3 = 5,22
+ 4,38 = 13,98 m
q3 = arc
tan
q3 = arc tan
q3 = 1,630
BAB V
KESIMPULAN
Dari
pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka penulis mengambil beberapa kesimpulan
antara lain :
1. Seringnya
gangguan terhadap jaringan transmisi adalah gangguan alam, seperti seringnya
gangguan petir terhadap jaringan transmisi yang disebabkan bangunan jaringan
transmisi panjang dan terbesar diberbagai daerah serta dalam segala macam
kondisi udara.
2. Pada
pembangunan jaringan transmisi yang sangat perlu diperhatikan adalah
perancangan proteksi saluran transmisi terhadap letak kawat fasa
3. Konfigurasi
kawat transmisi ini harus mendapat perhatian yang lebih besar dan serius.
4. Sudut
pelindung kawat tanah sesuai dengan contoh perhitungan diperoleh untuk :
a. Nilai
dari sudut pelindung antara kawat tanah dengan kawat fasa R adalah q1 =
4,380
b. Nilai
dari sudut pelindung antara kawat tanah dengan kawat fasa S adalah q2 =
2,390
c. Nilai
dari sudut pelindung antara kawat tanah dengan kawat fasa T adalah q3 =
1,630
Jadi
untu sudut pelindung q
< 180 pelindung kawat transmisi itu baik
5. Kawat
tanah udara berfungsi sebagai pengaman guna mengurangi akibat dari sambaran
petir secara tidaklangsung.
6. Menara
jaringan transmisi dapat menjadi pembumian dengan mengalirkan arus lebih pada
kawat tanah melalui menara transmisi.
NB :
No comments:
Post a Comment